Pernah suatu saat aku berbicang dengan dua teman yang dulu dekat saat berorganisasi di kampus. Pembicaraan kami bisa dibilang tak tentu arah, seringnya melantur. Namun, kami paling sering membicarakan mengenai perihal jatuh cinta.
"Buatku cinta itu kayak kolam besar berisi air," saat itu Miranda mengatakannya dengan pandangan menerawang, setelah Bekti bercerita mengenai hatinya yang terus-terusan biru.
"Kolam berisi air?" Bekti mengernyit heran.
Miranda berdeham. "Iya. Kamu harus berani tenggelam untuknya. Dan begitulah kamu sekarang. Kamu sudah tercebur. Bagaimanapun caramu berusaha untuk tidak tenggelam, kamu sudah basah. Bukankah sulit untuk mengeringkannya?"
Aku menyimak pembicaraan mereka dengan hati gamang.
Jatuh cinta?
Kupikir aku belum memiliki keberanian untuk tercebur jika meminjam istilah Miranda. Aku hanya berani melongok, melihat dari permukaan. Aku sama sekali belum memiliki keinginan untuk merasakan basahnya kolam itu.