Pengalaman Berendam di Oedo-Onsen Monigatari (2)

Agak harap-harap cemas ketika mau masuk onsen

Setelah melewati restoran dengan gaya Tokyo zaman dulu, aku menuju tempat pemandian air panas. Sebelum masuk, aku ganti baju lagi. Hmm... sebenarnya lebih tepat disebut “lepas baju” karena yutaka dan dalaman yang kita pakai mesti dilepas semua alias benar-benar telanjang bulat. Hanya ada dua handuk—besar dan kecil. Handuk besar untuk nanti bilas setelah mandi, dan tentunya handuk kecil untuk menutup area tubuh yang mesti ditutup.

Selain banyak loker untuk ganti baju, area ini juga dilengkapi dengan berbagai tempat duduk salon yang mana tiap meja menyediakan hair dryer, cotton bud, dan semacam losion untuk badan dan rambut. Nanti bakal bisa dipake setelah berendam. Di area yang sama, kamu bisa ambil sikat gigi yang ada. Sikat giginya nggak perlu pasta gigi karena udah ada di sikatnya. 

Setelah melepas semua pakaian dan melindungi bagian tubuh dengan handuk yang superkecil, saatnya masuk ke area onsen.


Sumber: klook.com


Saat masuk, jangan langsung berendam ya. Kamu mesti bilas badan dulu. Nanti dibilang turis jorok kalau nggak ngelakuin hal ini—canda. Sebenarnya ini sebagian dari tata cara berendam air panas di onsen atau ofuro. Di sana ada semacam air hangat yang bisa kita gunakan. Ada banyak gayungnya juga. Ya tentu aja handuk kecilnya dilepas terlebih dulu. Cuek aja! Nggak bakalan ada yang perhatiin kok meski kadang keder juga di tempat kayak begini, hahaha.

Setelah bilas, pakai lagi handuk kecilnya. Saatnya pilih-pilih kolam!

Kolam air panasnya sendiri ada dua bagian—indoor dan outdoor. Gue milih untuk di indoor lebih dulu.

Oh iya, karena aku datang saat gerimis dan malam hari, onsen-nya ramai banget! Kayaknya antara turis dan orang lokal, memang kebanyakan orang lokal saat aku ke sana. Aku berpikir untuk ke kolam yang paling sepi. Akhirnya aku melipir ke sebelah kiri dari kolam tengah. Ternyata memang nggak terlalu panas. Kayak panas suam-suam kuku. Karena pengin cobain yang lain dan estimasi waktu di sana maksimal 1.5 jam, aku merasa penasaran untuk ke area luar.


Baca tulisan sebelumnya:


Di area luar cuma ada dua kolam, tapi cukup ramai. Aku melihat beberapa remaja Korea yang heboh sendiri alias bercanda. Untungnya yang satu sepi. Jadi kuputuskan masuk ke sana—maksudnya yang sepi. Karena lagi gerimis, dingin-dingin terus berendam air panas tuh sensasinya menyenangkan banget. Berasa privat karena hanya aku yang ada di kolam itu.


Sumber: klook.com


Di bagian outdoor kolam air panas cuma ada dua seperti yang kubilang. Dan di sini juga ada semacam batu-batu relaksasi untuk diinjak. Sambil merasakan sensasi nyaman karena hangatnya air, aku melongok ke area dalam yang kelihatan dari tempat aku berendam karena dindingnya terbuat dari kaca.

Karena sepi, kuputuskan untuk coba yang lain.

Yes. Sepi. 

Ya nggak terlalu sepi sih. Tapi seenggaknya ada yang bisa aku tempati.

Aku memilih ke kolam yang paling sepi, dengan beberapa orang tua yang tampak relaks duduk dengan nyaman. Di sini airnya terasa lebih hangat ketimbang yang di luar. Dan area ini dekat dengan kolam air dingin (kayaknya buat bilas badan). Setelah merasa cukup berendam di sana, aku menuju ke arah kolam tengah (yang paling panas di antara semuanya!). 

Lucunya, di sini aku duduk di sebelah binaragawan yang kalau pandangan kami berserobok menatapku dengan tatapan kayak mau dihajar, takut banget. Jadi, selain karena memang panas banget airnya, aku juga merasa nggak nyaman. Maka, aku memilih untuk langsung cabut.

Kali ini kuputuskan untuk masuk ke sauna. Karena pakai kacamata, aku mesti taruh dulu kacamataku di tempat yang disediakan. Wah, ternyata sampai detail kayak begini dipikirkan masak-masak. Dan menurutku, saunanya superpanas. Kayaknya sauna di gym nggak pernah sepanas ini. Aku pun cuma berada di sana sekitar tujuh menit—nggak kuat lama-lama. Setelah itu, aku masuk ke kolam yang ada bubble bath-nya. Dari awal aku memang mengincar kolam ini, tapi selalu penuh. Dan kolamnya memang didesain dengan kuota begitu (ada semacam tempat buat bersandar di kolamnya).


Sumber: japan-highlightstravel.com


Yak, setelah merasa enak banget karena udah berendam, aku pun bilas. Area bilas ini dekat dengan area bilas di awal. Kalau di awal kita bilas badan berdiri, yang ini duduk. Kayak di anime gitu deh, sama persis. Sudah disediakan sabun dan sampo juga, bahkan sikat gigi yang kusebut sebelumnya. Sebelum ke sini, tentu saja ambil handuk besar yang ada di loker. 

Setelah bilas, langsung keringin badan deh ke tempat loker tadi untuk touch-up, hahaha. Lumayan, pakai banyak losion gratisan. Ya nggak gratisan juga sih ya soalnya masuk sini mesti bayar. Selesai ber-yukata lagi, aku keliling ke area restoran. Aku tergoda dengan susu hangat yang ada di vending machine. Dan memang seenak itu sensasinya! Habis berendam air hangat, minum susu hangat rasanya ulala~! Dan tentu bayarnya dengan gelang barcode kita.

Setelah puas melihat-lihat dan foto, aku pun berbenah ke loker tempat baju dan tasku ditaruh. Di area ini ada tempat untuk taruh handuk dan yutaka secara terpisah. Jadi setelah ganti baju, langsung taruh aja tuh pakaiannya. 

Selesai berpakaian lagi, kita balik ke area depan tadi. Aku pun mengantre untuk bayar. Gelang barcode tadi di-scan, dan tertera berapa yang mesti kita bayar. Karena aku udah pesan dari Klook, tentu aja cuma bayar susu hangat tadi—yang mana aku lupa harganya berapa. 

Setelah itu, pulang deh! Dan pulangnya naik bus biar PASMO-nya aman dan hemat hahaha.

Itu pertama kalinya aku cobain onsen. Dan kayaknya aku nggak kapok. Awalnya sih merasa malu banget ya, soalnya nggak pakai baju di antara para orang asing. Namun setelah dilakukan, ya fine-fine aja. Aku malah penasaran pengin nyobain ofuro di tempat lainnya.

Tapi ya masih malu sih kalau sama orang yang kenal pergi ke sana. 

Semoga tulisan ini bisa kasih gambaran buat yang mau ke pemandian air panas di Jepang!

Catatan:
Lebih baik pesan pakai aplikasi yang promo karena kalau bayar on the spot lumayan banget berasa beda harganya. Gue sendiri pakai Klook (nggak disponsorin lho ya) dan bayar sekitar Rp250.000,- sementara kalau bayar on the spot bisa lebih dari Rp500.000,-!!!

Catatan tambahan: tempat ini sudah tutup secara permanen karena pandemi.

Post a Comment

6 Comments

ASTraveller said…
Salam kunjungan dan follow disini ya. salam kenal juga dari Malaysia :)
Hi, aku Utha! said…
Salam kenal dari Indonesia... 🖤
sony said…
jadi beneran telanjangbulat kak waktu di onsennya? handuk kecil ya buat apa?
Hi, aku Utha! said…
Iya, betul. Handuk kecil untuk menutupi bagian yang mesti ditutup ketika berjalan :)
Haryadi Yansyah said…
Beda harga antara beli langsung dan beli online bisa 2 kali lipat gitu ya. Selain onsen aku juga penasaran sama hammam di Turki. Kayaknya enak dimandiin sambil disiksa eh dipijet barbar gitu sama petugasnya hahaha.
Hi, aku Utha! said…
Iya, memang enak sih onsen-an apalagi kalau lagi dingin. Tapi setauku onsen ini sudah tutup sejak pandemi... :(