[16] Singapore Begins by Agata Barbara






“Tepparapol Goptanisagorn.”

“Hah?” ujar Kanna spontan tanpa dia sadari.

“Namaku. Tepparapol Goptanisagorn,” sang cowok mengulangi, kali ini dengan sedikit lebih lambat.

Kanna mengerjap. Tep… teppa… Gopta… “Apa?”



Kanna tahu dia bukan anak kesayangan Mama-Papa, tapi dibuang ke Singapura tidak pernah ada dalam rencana hidupnya. Namun apa boleh buat, hasil tes kepribadiannya yang minus membuat keputusan orangtuanya tak dapat diganggu gugat. Dan di sinilah Kanna akan tinggal sekarang, di sebuah rumah kos bersama empat orang lainnya dari empat negara berbeda pula. Baru saja menginjakkan kaki di sana, Kanna sudah disambut oleh ibu kos superheboh. Dia juga harus berbagi kamar dengan gadis bule yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengannya. Oh, dan suara tangisan siapa itu dari lantai dua? Cuma setahun, sih, tapi bagaimana cara Kanna bertahan kalau menyebutkan nama salah satu housemate-nya saja sudah begitu sulit?


Singapore Begins, Agata Barbara
Ice Cube Publishers


***



Nggak berekspektasi apa pun dalam membaca novel Singapore Begins. Rasanya yang juara dalam selera bacaanku mungkin hanya Haru no Sora yang saya beri 3.5 bintang dan dibulatkan menjadi 4 bintang.

Tapi ternyata nggak lho.

Kalau membaca blurb-nya dengan saksama, aku bakal mengira Goptanisagorn atau biasa dikenal G bakal jadi salah satu tokoh utama yang akan menemani Kanna. Ternyata nggak. Blurb-nya tersebut hanya menggambarkan sedikit culture shocked Kanna. Meski memang, G juga masuk di dalam cerita ini.

Yak, jadi novel ini menceritakan tentang Kanna—iya kan divblurb-nya sudah jelas banget!—yang harus ke Singapura. Awalnya sempat mengira kalau novel YARN ini juga bakalan gelap, ternyata nggak. Ini YARN paling ceria yang aku baca.

Kanna ke Singapura untuk memperbaiki “kepribadian”-nya. Dan dengan adanya Joon, Sally, G, dan Paresh, juga si mungil, serta Cantika yang pengin dipanggil “Kakak” padahal adalah tantenya Kanna, kepribadian Kanna yang cenderung dingin berubah menjadi hangat. Dan dalam proses tersebut, aku suka banget. Pace ceritanya termasuk cepat, dan aku malah suka karena terasa pas.

Karakter teman-teman Kanna di sini unik dan membekas, dan mungkin itu adalah salah satu faktor yang bikin aku betah membacanya. Paling suka sih karakter Sally yang ceplas-ceplos!  Plot ceritanya juga terjaga banget. Selain itu, banyak momen yang bikin aku terkekeh. Paling membekas sih saat Kanna baru membuat status Facebook dan teman-temannya buat komentar di status Kanna.

Soal teknis, aku sebenarnya juga bingung. Kalau di awal novel terbitan YARN awal (Hikokomori-chan, Haru no Sora, dan Remedy) aku menduga bahasa selingkung menyoal “orang tua”, mulai di novel Rust in Pieces, Perfection, dan sekarang Singapore Begins, malah memakai orangtua yang berarti parents. Masih ada beberapa typo, dan saya lupa catat di halaman berapa karena keasyikan baca Singapore Begins.

Makasih buat mimin Ice Cube yang udah pinjemin Singapore Begins!

Intinya, aku suka sama novel ini.

Post a Comment

0 Comments