[6] Interlude by Windry Ramadhina





Hanna, listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. 
Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek. 
Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? 
Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu? 
Hatiku baru saja patah….


Interlude, Windry Ramadhina
Paperback, 380 pages
Published May 2014 by Gagasmedia


*** 

Blurb yang memikat dan kover yang begitu cantik, bukan? Aku tahu nama Windry Ramadhina sejak lama. Sejak reviu Montase membanjiri timeline Goodreads saya. Ditambah lagi, reviu yang diberikan memberikan respons positif. Pensaran, aku juga add Mbak Windry di Goodreads. Meski sempat kecewa dengan novel thriller-nya, aku menaruh ekspektasi yang cukup bagi karya penulis dengan genre new adult maupun young adult.

Lalu, terbitlah Interlude. Aku yang belakangan pusing dengan tetek-bengek skripsi, akhirnya memilih untuk relaks membaca novel. Dan aku memilih untuk membeli novel ini.

Aku pun mulai membaca kisah Hanna, Kai, Gitta, dan Jun.

Kukira awalnya ini kisah empat orang sahabat yang akhirnya jatuh cinta. Ya semacam formula seperti demikian. Ternyata nggak, ya. Mengisahkan dua pasangan yang menjadi sorotan, Hanna dan Kai, yang keduanya memiliki memar masing-masing. Hanna yang selalu ketakutan dengan sosok pria karena masa lalu yang membekas. Kai yang memiliki keluarga yang patah, sekaligus memandang wanita sebagai sosok manipulatif. Gitta yang pernah terjerat rayuan Kai dan akhirnya jadi teman satu band (dengan genre jaz) Kai bersama Jun. Di benak mereka tersimpan ketakutan tentang cinta. Dan dalam novel ini, ada pencapaian yang mereka lakukan.

Begitulah secara besar garis ceritanya. Lalu, bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan novel ini (sesuai dengan asumsi pribadi dan selera pribadiku)?

Yang pertama, plusnya dulu yuk!
  1. Mbak Windry memiliki kosakata yang cukup kaya. Aku suka sekali bagaimana narasi yang dibuat oleh Mbak Windry di novel ini. Kesan angst langsung menyelimuti saat mulai membaca Interlude.
  2. Plotting yang cukup rapi. Jalinan cerita begitu rapi dan apik. Sehingga pembaca kayak aku merasa harus melahap novel ini dalam sekali duduk. 
  3. Karakter yang kuat. Aku suka bagaimana sikap Hanna yang lugu dan polos. Aku suka bagaimana Gitta terkesan melindungi Hanna, juga Kai. Aku suka bagaimana karakter selain Kai-Hanna, Gitta-Jun, juga hidup. 

Lalu, aku kurang sreg dengan beberapa hal... seperti...
  1. Kai yang mencintai dunia hukum dan memiliki IP 4 dalam kurun waktu enam semester di FHUI. Entah ya. Saya juga anak UI. Sedikit banyak saya tahu di FH seperti apa. Betapa sulit mendapat nilai A di sana. Apalagi di sini setelah enam semester mendapat A, Kai memilih untuk cuti. Oh, well, asumsinya semua mata kuliah lulus. Dan... mungkin saja si Kai ini sudah lulus. Iya, lulus. Karena setahu saya di FHUI itu kemungkinan lulus tiga tahun itu ada, dan 3.5 tahun itu seperti lulus 4 tahunnya fakultas lain. Di sini rasanya agak aneh aja gitu. Terkesan Mbak Windry cuma asal tempel. Tapi ya mungkin saja memang ada yang smart-arse itu seperti Kai. Atau setting waktunya yang nggak sekarang.
  2. Aku suka gaya cerita Mbak Windry, tapi terus terang dialog yang dipakai membuatku enggan. Terlalu kaku dengan kau-aku. Rasanya aneh membaca percakapan mahasiswa yang demikian nggak luwes. Untungnya bahasa Mbak Windry begitu apik, jadi aku asumsikan saya baca novel terjemahan. Hahaha.
  3. Banyak yang nggak terselesaikan. Pandangan mahasiswa di kampus Hanna, bagaimana Ian setelah didamprat dari band, dan juga konflik yang terlalu cepat. Mungkin akan ada sekuel? Kalau iya, aku merasa senang, hehe.

Mungkin demikian. Secara keseluruhan, aku berikan bintang tiga! :) I liked it!

Post a Comment

0 Comments