Kata Hilang Makna

Aku menge-scroll linimasa Twitter, lalu terdiam saat membaca salah satu twit seseorang. Padahal twit itu hanya berisikan lagu apa yang dia dengar dari Spotify, lagu berjudul Kata Hilang Makna yang dinyanyikan oleh Yura. 

Lagu itu tidak asing karena merupakan salah satu lagu favoritku. Lagu tentang kehilangan yang cukup memekakkan ketika kaudengar pada malam yang sunyi. Namun, isi lagu itu tidak terpatri di benakku kala itu. Yang menjadi fokusku sekadar judulnya saja: Kata Hilang Makna

Tadinya aku merupakan orang yang selalu percaya kalau kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar, bahkan bisa mengubah jalan hidup seseorang. Namun, peristiwa belakangan ini juga membuatku sadar kalau kata-kata pun bisa menjadi hanya sekadar kata-kata, terkesan mewah tapi tidak berarti. Kata-kata bisa saja hanya sebagai pembungkus indah untuk sikap yang tidak patut.  

Saat membaca buku The Power of Language, aku makin yakin bahwa sebenarnya kata-kata atau bahasa yang digunakan setiap orang lahir dari pemikiran mereka. Namun, bukan berarti kata-kata itu selalu merefleksikan apa yang ada di benak seseorang. Kita takkan pernah tahu kapan seseorang akan mengucapkan kejujuran ataupun kebohongan. Yang pasti, kata-kata yang meluncur kadang bisa dipengaruhi persepsi kita akan orang tersebut.

Begitu pula aku memahami kalau terkadang kata-kata hanyalah sebagai kata-kata. Tidak lebih, tidak kurang. Kata-kata hanya kumpulan huruf bermakna kosong yang tidak berarti apa pun, bahkan bisa mencabik karena terasa seperti pisau berbalut kebohongan.



Sumber: Barrons



Aku merasakannya.

Dulu, aku begitu memercayai seseorang. Apa yang dikeluarkan dari mulutnya, kupercaya dengan yakin. Karena dia irit berkata-kata, maka kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu kunanti-nanti, seolah kata-kata itu adalah legalisasi dan barang mewah. Hari demi hari kulalui seperti itu, sampai akhirnya aku tidak pernah sadar selama ini sudah dibutakan oleh apa yang ingin kudengar.

Setelah sesuatu terjadi, mataku dibukakan kembali. Aku mengilas balik kata-kata yang dia miliki. Kata-kata yang ternyata hanya tameng untuk melindungi dirinya sendiri. Kata-kata yang tidak pernah kusadari telah mengungkungku. 


Baca juga:


Lantas, ketika kami sudah tidak terkoneksi seperti dulu kala, dia mulai hadir lagi lewat pesan di ponsel. Perhatian yang dulu kunanti-nantikan lewat hadiah dia hantarkan. Dan kata-kata itu masih terselip di sana.

Namun, aku tidak bisa memercayainya lagi.

Aku tidak tahu apakah kata-kata itu tulus atau sekadar basa-basi belaka. Kepercayaanku terhadapnya direnggut paksa oleh pengkhianatan yang dia lakukan. Kata-kata tidak lagi bermakna. Kata-kata hilang makna.

Aku takkan pernah tahu kapan dia bersikap sungguh-sungguh, kapan dia bersikap manipulatif. Mungkin kepercayaanku terhadapnya yang terbit karena ratusan hari bersama dengan mudah dilahap oleh pengkhianatan yang terjadi pada akhir kami bertemu. 

Pengkhianatan yang mana aku dibohongi dan dimanipulasi.

Jadi, aku takkan pernah tahu kapan dia melakukannya lagi. Aku tidak mau lagi berspekulasi. Aku tidak mau lagi merasa sakit hati. Maka yang kulakukan adalah membuang jauh-jauh memori baik tentangnya. Lagi pula, tidak ada kesungguhan. Maka kata-kata pun hanya sekadar kata-kata. Kata hanya sebagai kata, kalau tindakan tidak sejalan.

Dan begitulah. Mungkin kata hilang makna ketika kau sudah tidak percaya pada seseorang. Dari orang yang amat sangat kaupercayai, menjadi orang paling menjijikkan yang kaukenal. Transformasi tersebut yang kupikir tepat mencerminkan apa yang telah kubaca dari penulis Korea Selatan itu. 


Baca juga:


Kata-kata.

Kepercayaan.

Mendapatkan sebuah kepercayaan adalah hal sulit. Namun, ketika kau sudah memercayai seseorang, semudah itulah kepercayaan terenggut dan terkikis. Hanya dengan satu kebohongan, hanya dengan satu tindakan berengsek.

Untuknya, kata-kata hilang makna.

Dan aku pun menyetel lagu Kata Hilang Makna, yang isinya jauh dari apa yang kutulis. Sesekali aku menengok ke kanan, menatap jendela, membiarkan pikiranku yang riuh berkelana lagi.

Kata-kata darinya sudah kehilangan makna, tidak berarti apa pun untukku. 


Post a Comment

0 Comments