6 Fiksi Indonesia Terbaik 2023



Rasanya sudah lama banget nggak menulis reviu buku! Dan sebenarnya, membahas tentang novel terbaik yang kubaca pada tahun 2023 terasa sudah terlambat karena sudah menjelang bulan April 2024. Tapi, nggak apa-apa. Rasanya aku perlu mengapresiasi penulis lokal yang karyanya mewarnai pengalaman membacaku dengan baik.

Disclaimer, aku menulis ini tanpa paksaan apa pun dan tanpa disponsori apa pun. Jadi, mungkin novel favorit kamu nggak masuk ke sini karena nggak tertangkap radar bacaku.

Dan... inilah novel-novel lokal Indonesia yang membuatku terperangah kagum dengan topik dan kepenulisannya.


6. PENGANTIN REMAJA 

(Ken Terate, Gramedia Pustaka Utama)


Ya ampun geregetan sama tingkah Pipit. Pongky juga kepingin banget aku toyor! Oh, oke. Mari bahas tentang apa novel ini. Jadi, Pengantin Remaja mengisahkan Pipit dan Pongky yang kasmaran padahal masih siswa SMA. Menariknya, latar belakang ekonomi di sini adalah menengah ke bawah yang membawa nuansa yang sangat realistis. Kuddos for Ken Terate!

Potret tentang nikah muda, lalu bercerai nggak lama kemudian, yang mana kebanyakan karena kurangnya edukasi seks maupun ekonomi, dibahas dengan lantang di novel ini. Yang kusuaki, adalah perubahan perspektif Pipit. Novel yang layak dicari dan dijadikan referensi untuk guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah!


5. PENAKA

(Altami N. D., Gramedia Pustaka Utama)



Menceritakan tentang Sofia yang sudah nggak tahan dengan pernikahannya. Lantas, suatu ketika jiwanya berpindah ke sebuah... benda dan orang lain. Dari situ, dia berulang kali punya sudut pandang berbeda sesuai wujud yang dimasukinya. Bayangkan, bagaimana mungkin sebuah jiwa bisa berubah jadi botol minuman sampai kucing? 

Premis dengan sentuhan fantasi ini juga dieksekusi dengan baik sehingga aku sebagai pembaca betah berlama-lama menyelesaikan novelnya. Menurutku, Penaka dengan cerita dan plotnya ini layak untuk diterjemahkan ke berbagai bahasa.


4. SABAR TANPA BATAS 

(Adhitya Mulya, Gagas Media)



Bercerita tentang kakak-beradik Ocay yang merupakan mahasiswa tahun pertama di ITB, Ike yang sudah kelas 8 SMP, dan si adik Irma yang masih duduk di kelas 6 SD. Mereka bertiga adalah tiga saudara yang saling menguatkan, sayang saja takdir memilih sosok bapak yang nggak layak dijadikan bapak.

Terkungkung utang, banyak hal yang harus Ocay korbankan untuk dua adik perempuannya. Membaca novel ini, meski aku tahu akan ada yang bilang sangat sinetron dan terlalu lugas, mengingatkan diri sendiri untuk tetap kuat dan memiliki rasa sabar. Kamu juga akan menemui kasih sayang tulis antara tiga kakak-adik ini, dengan kejutan-kejutan yang bikin hati mencelus. 


3. BUKAN PENGIKUTMU YANG SEMPURNA

(Annisa Ihsani, Gramedia Pustaka Utama)


Awalnya aku bingung dengan topik yang dihadirkan penulis. (Memang malas baca sinopsis dan aku ingin baca dan beli novel ini karena sudah tahu eksistensi penulis). Ketika membaca awal novelnya… oalah? Ada rasa takut bosan ketika membaca. Namun, makin dibaca makin nggak bisa berhenti. Meski, di awal aku nyaris mau tukar bacaan saja saking banyak informasi yang harus ditelan. Topik kefanatikan akan ajaran tertentu memang cukup berat, tapi dikemas dengan baik menurutku. Salah satu novel yang juga layak dibaca bukan cuma dalam satu bahasa.

Namun, syukurlah sesuai ekspektasi mengenai Alex. Omong-omong, novel ini memang bukan tipe yang punya akur dan konflik yang meledak-ledak. Jadi memang yang kunikmati adalah perubahan perspektif Alex. Untuk beberapa hal, seperti orang tua Alex, itu juga familier sekali dan ditemui sehari-hari!


Baca juga: Reviu "Mencari Simetri" (Annisa Ihsani)


2. NAMAKU ALAM 

(Leila S. Chudori, Kepustakaan Populer Gramedia)


Dalam novel ini kamu akan menelusuri cerita dari sosok Segara Alam, laki-laki yang memiliki photographic memory, yang sempat hadir di novel Pulang (yang mana jadi novel favoritku juga!). Dengan latar 1980-an, semestinya kita disuguhkan cerita riang ala kisah D yang terkenal dengan jaket denimnya. Namun, nggak di kehidupan Alam karena dia adalah anak tapol.

Aku sangat menikmati gaya penulisan Yu Leila, dengan segala diksi dan prosanya. Belum lagi, topik mengenai pencatatan sejarah! Oh, rasanya mungkin sekarang negara ini pun memerlukannya! Aku cuma bisa bilang betapa indah sekaligus bengis latar yang dipakai dalam novel ini. Jujur, aku sangat menantikan jilid 2-nya.


1. PERKUMPULAN ANAK LUAR NIKAH

(Grace Tioso, Noura)


Awalnya aku bertanya-tanya, ini maksudnya komunitas anak di luar nikah? Yang orang tuanya married by accident? Namun, saat kubaca sinopsisnya... ternyata nggak, saudara-saudara. Lebih dari itu! Novel ini menceritakan tentang identitas orang-orang Tionghoa-Indonesia! 

Cerita diawali tentang seseorang yang mengepos jejak digital Martha yang sudah berdomisili di Singapura. Postingan itu adalah postingan (yang saat itu) Martha anggap angin lalu dan candaan dan pengakuan akan dirinya yang memalsukan akta kelahirannya untuk mendapat beasiswa di Singapura. Masalahnya, sistem di sana sangat ketat, belum lagi suaminya dan dirinya adalah akademisi kompeten yang dihormati.

Novel ini mengulas bagaimana aku memiliki privilese jadi orang Jawa, yang mana nggak didapatkan oleh orang Tionghoa-Indonesia. Novel ini juga disisipi tragedi 1998 yang bikin hati mencelus saat diceritakan dari sudut pandang keluarga Martha... pokoknya kalian wajib beli dan baca.


Baca juga: Reviu Kumcer "Tukar Takdir" (Valiant Budi)


Bisa dibilang ini pendapat pribadiku aja mengenai novel-novel lokal Indonesia terbaik. Yang mana, dipengaruhi juga oleh selera bacaku. Bisa jadi tentu berbeda dengan selera baca kamu. Bahkan, mungkin ada novel bagus yang terbit pada tahun 2023 tapi luput kubaca karena aku nggak terpapar exposure-nya.

Aku sendiri penasaran, ada rekomendasi novel terbaik lokal Indonesia versi kalian nggak? Please let me know di kolom komentaaar!

Post a Comment

0 Comments