[9] Will Grayson, Will Grayson by John Green and David Levithan





Pada suatu malam dingin, di sudut kota Chicago paling tak disangka, dua orang yang tidak saling mengenal bertemu. Dua remaja bernama sama, dengan teman-teman sangat berbeda, mendadak mengalami perubahan hidup luar biasa, yang berujung pada perubahan hati yang heroik dan pertunjukan musikal paling epik di SMA.

Will Grayson, Will Grayson (Gramedia Pustaka Utama)
John Green dan David Levithan



***



Awalnya, aku merasa ragu untuk membaca novel terjemahan ini karena tampaknya tulisan John Green bukan selera bacaku—setelah membaca Looking For Alaska. Namun, ternyata aku salah. Aku begitu menikmati cerita Will Grayson dan will grayson.

Dua orang bernama sama, Will Grayson. Masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda, orientasi seksual yang berbeda, dan tentu saja teman-teman yang berbeda.

Aku cukup terkejut dengan tema dan premis cerita novel ini. Nggak biasa untuk novel remaja, karena mengusung tema homoseksualitas. Will Grayson adalah pria straight yang memiliki sahabat bernama Tiny Cooper—dengan tubuh besar yang ternyata adalah gay, dan will grayson adalah gay yang tadinya menyembunyikan orientasi seksualnya tapi tergila-gila dengan isaac—temannya di dunia maya.

Lalu pada suatu momen, Will Grayson dan teman-temannya pergi mengunjungi konser. Sayangnya, persiapan Will Grayson nggak berbuah mulus—meskipun dia sudah berusaha memalsukan kartu identitasnya. Jadi dia terdampar di sebuah toko porno. Di lain pihak, will grayson sedang melakukan perjanjian bersama isaac di toko porno. Dan akhirnya, dua orang ini pun bertemu.

Saya suka bagaimana interaksi antartokoh dalam novel ini. Mengenai persahabatan dan pencarian jati diri. Meskipun tema yang diangkat mengenai LGBT, novel ini lebih menonjolkan sisi pencarian jati diri. Plus, aku suka cerita persahabatan yang dipaparkan oleh dua penulis ini.

Tokoh Will Grayson milik John Green nggak menyukai drama, tapi menurut saya… dia sangat drama! Yeah, si jalang-pemekik ini sebenarnya bukan tokoh favoritku. Sedangkan will grayson milik David Levithan begitu pesimis. Namun, perpaduan keduanya membuat cerita begitu menyenangkan diikuti dan enak dibaca. Meskipun harus kuakui, adanya koneksi di antara kedua orang bernama sama ini adalah dari Tiny Cooper si gay bertubuh besar. Namun, jika saya boleh memilih, saya lebih suka gaya menulis David Levithan ketimbang John Green di novel ini.

Well done! Good writing from John Green and David Levithan!

Post a Comment

6 Comments

Berapa bintang untuk novel ini kak?
Kan ada di "kategori"-nya itu... :D
Muizz said…
Aku pun lebih suka gaya berceritanya David. Sederhana.
Muizz said…
Aku pun lebih suka gaya berceritanya David. Sederhana.
Muizz said…
Aku pun lebih suka gaya berceritanya David. Sederhana.