Mau Apa?

Selesai kerja, aku meletakkan laptop kantor di meja. Aku mengambil smartphone, menilik linimasa media sosial, tertawa sesekali ketika ada konten yang lucu, lalu menggerutu saat melihat konten yang menurutku bodoh.

Tidak terasa waktu berjalan cepat. Terkadang aku masih ingat waktu untuk makan, tidak jarang aku malah lupa makan.

Setelahnya aku mandi, mengenakan baju bersih dan melakukan skin care routine yang hanya terdiri atas beberapa langkah.

Usai melakukannya, aku mengambil camilan di kulkas—sering kali beng-beng Maxx yang sudah kusetok—dan meletakannya di samping kasur. Kemudian aku pun menilik media sosial lagi.

Sesekali aku membaca buku yang tidak selesai-selesai kubaca, membalas pesan seseorang, lalu tersadar waktu agak mengebut. Nyaris tengah malam.

Saat itu, biasanya aku akan bertitah pada Google Nest untuk mematikan lampu dan memainkan playlist Apple Music-ku.

Sumber gambar: Pixabay


Dan seperti biasa, aku sulit tidur. 

Aku memang bisa tidur tujuh sampai delapan jam, tapi aku memulainya pada pukul satu atau dua pagi. Bukan kebiasaan yang baik.

Dan di saat-saat begitu, pikiranku berkecamuk.

Sampai kapan kusia-siakan waktu begini? tanyaku dalam hati.

Aku mendesah.

Perasaan tidak nyaman itu makin menghunjam karena lagu yang berkumandang di kamarku adalah lagu-lagu dengan lirik menusuk. Bukan, bukan lagu cinta yang bikin hati meradang… melainkan lagu-lagu kehidupan yang tampaknya mencemooh.

Kembali ke pertanyaan tadi, Sampai kapan kusia-siakan waktu begini?

Tanpa alasan jelas, sebuah melankoli yang pernah kututup, samar-samar mulai terbit di benakku.

Rasanya sepi.

Meski sebenarnya hidupku tidak sesepi itu.

Rasanya kosong.

Meski sebenarnya kamarku tidak melompong.

Satu keinginan muncul di benak: aku ingin sendirian tanpa diusik seseorang ataupun sesuatu. Rasanya aku ingin mencerna kondisiku sekarang, memamahi keadaanku.

Aku mengecek kalender. Perlukah kurencanakan block leave pada bulan Agustus ini?

Tanggal 17 tanggal merah. Kebetulan tanggal 13 & 14 aku bakal ke Semarang. Perlukah aku cuti pada 15 & 16? Aku mengecek saldoku. Tidak ada budget berlebih untuk bulan ini mengingat pengeluaran tidak terduga bulan Juli.

Sial, aku harus apa?

Cuti di rumah terasa menyebalkan.

Cuti ke luar kota pun kenapa rasanya mahal sekali, ya?

Untuk kali ini, jujur saja, aku tidak tahu mau apa.

Jadi, mau apa?

Mau bagaimana?

Tiba-tiba Google Nest-ku mengeluarkan lagu upbeat, membuatku terperenyak. Ah, sudahlah. Lebih baik kupejamkan mata agar lekas esok.

Meski ketika hari berganti, akan tetap jadi persoalan, sebenarnya aku mau apa?

Post a Comment

0 Comments