Kids Jaman Now: Pelabelan Berkedok Guyonan?

Kids jaman now. Tiga kata itu sekarang menjadi viral, bahkan menjadi judul artikel beberapa media online seperti Mashel, Brilio, dan Liputan 6. Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI turut meramaikan kata-kata viral ini dengan berkicau lewat akun Twitter-nya @KemendikbudRI. Lantas, apa sih arti dari kids jaman now itu sendiri?

Kids jaman now disinyalir pertama kali digunakan oleh pengelola akun palsu dari Setyo Mulyadi, lalu akhirnya menyebar dan menjadi istilah kekinian. Sementara itu, dari segi bahasa Indonesia kids jaman now memiliki arti yang merajuk pada anak-anak zaman sekarang. Namun, apakah fenomena penggunaan istilah ini benar-benar memiliki definisi “anak-anak zaman sekarang”?

Kalau kita lebih teliti menangkap fenomena ini, kids jaman now digunakan sebagai guyonan untuk menyikapi kelakuan nyeleneh dan tidak wajar tapi tetap dianggap lazim oleh anak-anak zaman sekarang. Apabila ditelaah lagi, terdapat subjek dan objek pengguna istilah ini. Kita bisa menyimpulkan bahwa subjek pengguna istilah ini adalah Generasi Y (Millennial), sementara objek istilah ini adalah Generasi Z—anak-anak yang lahir setelah tahun 2000. 


Sumber: brilio.net

Generasi Millennial sering kali menggunakan istilah ini dan cenderung menunjukkan ketidaksukaan pada Generasi Z. Tentu saja hal ini ada ada alasannya karena perilaku yang memang norak. Kids jaman now adalah istilah satir untuk Generasi Y yang tampak terlalu cepat dewasa lewat kegemaran mereka yang suka berdandan atau bahkan cara berpacaran mereka yang kelewat batas seperti panggilan “papi-mami”, perayaan hari jadian tiap bulan, dan public display affection yang selalu diunggah di media sosial. Atau sebenarnya istilah ini lahir lebih banyak millennials yang jomblo lantas iri pada Generasi Z? Wah, bisa jadi! 

Tanpa sadar, guyonan ini menjadi sebuah pelabelan pada Generasi Z. Bahkan, banyak artikel dan vlog yang menyudutkan tingkah laku para Generasi Z yang diperhalus dengan istilah kids jaman now. Meski tak bisa dimungkiri, banyak kelakuan Generasi Z yang cocok dengan berbagai artikel dan vlog tersebut. Namun, perlu ditekankan pula kalau tidak semua Generasi Z berperilaku norak dan nyeleneh. Padahal, Generasi Millennial pun saat masih kinyis-kinyis ABG juga melakukan hal serupa. Sayangnya, saat masih ABG, Generasi Millennial belum memiliki gawai seperti ponsel pintar yang memungkinkan penggunanya mengunggah dan mengunduh informasi seperti sekarang. Perbenturan antar-generasi ini pun sebelumnya memang sudah pernah terjadi antara Generasi X (baby boomers) dan Generasi Millennial. 



Sumber: genmuda.com

Kalau kita tarik mundur lagi, kelakuan kids jaman now bahkan mirip dengan tingkah beberapa millennial yang kerap menunjukkan hal-hal serupa di Friendster yang booming saat itu. Panggilan “papi-mami”? Kita bisa melihat hal ini di perang testimonial Friendster. Public display affection? Tanpa perlu mengeklik kumpulan foto yang diunggah, banyak foto profil Friendster pun sudah menunjukkan hal itu. Status-status menggelikan ditinggal pacar? Baca shout out di profil Friendster pun tak jauh beda, ujung-ujungnya para millennial saat itu curhat colongan. Atau jangan-jangan kalian termasuk yang ikut-ikutan melakukan hal-hal itu saat Friendster masih ngetren?  Lantas, apa benar kelakuan-kelakuan nyeleneh kids jaman now representatif dengan Generasi Y? Lalu, bagaimana dengan beberapa murid SMP yang tahun lalu sempat menjuarai olimpiade matematika tingkat internasional di Tiongkok? Bagaimana dengan murid SMA yang tahun ini meraih penghargaan riset dunia? Apakah mereka minoritas dari istilah kids jaman now?

Bisa disimpulkan bahwa awalnya kids jaman now menjadi istilah yang merujuk pada tingkah nyeleneh Generasi Z, yang mana bukan berarti representatif dengan Generasi Z secara keseluruhan. Namun, fenomena penggunaan istilah ini bisa menjadi sebuah pelabelan terhadap Generasi Z. Dampaknya, beberapa Generasi Z yang tidak bertingkah demikian pun ingin tampak kelihatan “normal” dengan tentu berperilaku nyeleneh—yang mana mereka anggap sebagai tingkah laku kekinian. Dampak lainnya, mulai diviralkan juga istilah-istilah balasan dari Generasi Z untuk para millennial seperti ahjussi jaman jigeum atau tongkrongan jaman old

Secara tidak sadar pula, istilah kids jaman now membuat kita terdoktrin untuk memercayai kalau Generasi Z merupakan generasi nyeleneh dan memiliki kualitas di bawah para millennial. Padahal, perilaku-perilaku seperti itu sudah pernah muncul di kalangan millenials, bahkan saat itu kita menyebutnya “alay”. Bedanya, hanya terdapat pada generasi. Perlu digarisbawahi bahwa Generasi Z merupakan suksesor dari Generasi Millennial, jadi jangan sampai kalian justru memberikan label bermuatan negatif pada generasi penerus. Tentu saja kita tidak mau punya generasi yang bertingkah laku absurd, bukan? 

Fenomena-fenomena seperti ini selalu ada dan akan tetap ada nantinya, begitu pula istilah slang yang muncul-tenggelam di dunia maya. Bahkan, mungkin sedikit lagi istilah kids jaman now juga tenggelam, dilibas oleh istilah-istilah baru yang dianggap kekinian. Namun, jangan sampai kita mendiskreditkan generasi penerus kita. Bukankah seharusnya kita memercayai bahwa mereka adalah penerus yang bisa melakukan perubahan lebih daripada Generasi Millenial?

Nah, pertanyaan terakhir untuk kalian, apakah kalian termasuk kategori kids jaman now

Post a Comment

0 Comments