[5] Song of Will by Jason Abdul








"Akan kuberitahu siapa yang kusukai."

William, harus melawan kesedihan setelah kepergian sahabatnya ke Swiss.

Laura, berpikir kecantikannya bisa memberi segala yang tak bisa diberikan keluarganya yang hidup sederhana.

Evan, berjuang melupakan masa lalu yang kelam saat hidup di jalanan.

Nana, belajar mengambil keputusan sulit untuk menyatukan kembali keluarganya yang berantakan.

Empat remaja yang berusaha memahami diri sendiri serta arti mencintai keluarga. 
Keempat-empatnya punya topeng yang ingin mereka lepaskan. 
Keempat-empatnya punya rahasia yang ingin mereka bagi. 

Sebab semua orang punya masa lalu. Dan mimpi


Song of Will, Jason Abdul
Moka Media


***

Ketika membaca sinopsis di belakang novel ini, aku langsung merasa penasaran. Ternyata novel ini masuk ke dalam cerita coming of age. Namun, novel Song of Will ini bukan novel coming of age biasa yang menceritakan kisah cinta pada umumnya novel remaja Indonesia yang cenderung ringan dalam berkisah.

Novel ini menceritakan Will yang memiliki suara emas dan dijabarkan begitu tampan. Dapat dikatakan Will adalah salah satu cowok most wanted di sekolahnya. Pergejolakan batinnya dimulai ketika sahabatnya, Ben, pindah ke Swiss. Sampai akhirnya datanglah Evan aka "Evil" yang pindah ke sekolahnya dan mereka pun sekelas. Evan adalah sahabat lama Will di SMP. Juga rentetan kejadian yang mengharuskan Will berkenalan dengan Nana di mana saat itu Nana "terpeleset". Serta Laura, perempuan yang begitu gemar berpetualang akan cinta.

Mau tahu serunya perjalanan mereka? Baca sendiri aja ya! HAHA.

***

Baiklah, mari kita mulai mereviu. Aku coba mulai dari yang kurang aku sukai dari novel ini.
  1. Karakter yang nggak tergali. Mungkin ini hanya masalah selera dalam membaca. Namun, sayangnya nggak ada karakter yang likeable, hanya pada Laura aku menaruh simpati. Eksplorasi vocal group pun terasa kurang. 
  2. Penulis rasanya bermain aman dengan konflik yang ada di dalam novel ini. Atau memang aku saja yang terlalu menyukai drama? Cukup disayangkan penulis nggak menggali lebih jauh konflik dalam diri Will, Laura, Evan, dan Nana. Eh tapi kalau konfliknya banyak, bukunya bakalan tebal dong ya.
  3. Setting. Jujur saja, aku nggak tahu di mana setting tempat novel ini. Mungkin aku yang skip saat baca? Yang jelas, aku nggak tahu di mana kota yang diambil sebagai latar novel ini. Awalnya, aku mengira Jakarta. Namun, ketika Will berbicara dengan Ben dengan "aku-kamu", rasanya agak nggak mungkin. Mungkin Bandung? Atau Jawa? Entahlah.
  4. Kalau yang keempat, rasanya hanya selera pribadi. Kenapa? Karena aku merasakan keganjilan ketika membaca novel ini. Sejak halaman awal, aku merasa bahwa galau yang ditimbulkan Will terlalu feminin, sehingga nggak terkejut dengan twist yang dimaksud oleh penulis. Sebenarnya aku bingung, ini termasuk kekurangan atau bukan ya? :D

Nah, yang aku sukai dari novel ini adalah...
  1. Kamu bisa membaca novel ini karena jalinan cerita yang ditawarkan cukup berbeda. Mulai dari cerita anak jalanan, vocal group, permasalahan rumah tangga atau keluarga, bahkan orientasi seksual. Aku nggak heran, karena Jason Abdul di dalam ucapan terima kasihnya menulis sangat mengidolakan Melina Marchetta, sama kayak aku! 
  2. Novel yang semarak akan tokoh (ada empat lakon dan banyak sekali yang ikut bercerita di sini seperti keluarga tokoh-tokohnya), nggak membuat saya bingung dalam mengikuti cerita.
  3. Plot yang buat penasaran. Meski tadi sempat mengungkit kalau aku tahu twist yang akan diberikan penulis, aku masih belum tahu ke mana penulis akan membawa cerita, sehingga ketika membaca Song of Will, harus banget diselesaikan dalam sekali duduk.

Sebenarnya, di awal aku menduga Will ini penganut bromance. Namun, pada halaman 45, saya rasa... Will ini 'bermasalah'. Dan, ternyata terbukti. 

Oh iya, saya baca reviu di Goodreads dan bilang kalau ini adalah naskah Jason Abdul sebelum jadi editor di TeenNoura. Jadi penasaran sekarang tulisan apalagi yang akan diberikan seorang Jason Abdul.

Terus berkarya! Suatu saat, kita ngobrol bareng yuk! Kemarin nggak sempat karena aku buru-buru pulang di JCC.

Post a Comment

0 Comments