[2] Pasung Jiwa by Okky Madasari
Apakah kehendak bebas benar-benar ada?
Apakah manusia bebas benar-benar ada?
Okky Madasari mengemukakan pertanyaan-pertanyaan besar dari manusia dan kemanusiaan dalam novel ini.
Melalui dua tokoh utama, Sasana dan Jaka Wani, dihadirkan pergulatan manusia dalam mencari kebebasan dan melepaskan diri dari segala kungkungan. Mulai dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi dan belenggu kekuasaan.
Pasung Jiwa, Okky Madasari
Gramedia Pustaka Utama
***
Ini adalah karya kedua Okky Madasari yang saya baca setelah "Maryam" yang saya berikan bintang tiga.
Jika dilihat di-review yang ada pada "Maryam", nampaknya banyak yang kecewa. Mungkin mereka sudah membaca "Entrok" dan "86", sedangkan saya belum.
Sampai saya memutuskan untuk membeli (lumayan dapat diskon 20%) dan membaca buku ini. Penasaran juga, karena sebenarnya banyak yang ngefans dengan gaya penulisan Mbak Okky.
Dari awal halaman saja, saya merasakan hanyut akan kegelisahan-kegelisahan yang diungkapkan Sasana. Bagaimana doktrin dibuat, bagaimana seorang Sasana yang pandai main piano justru jatuh cinta dengan dangdut. Entahlah, kegamangan itu rasanya sampai pada saya.
Sampai akhirnya Sasana dikirim ke Malang dan bertemu dengan Jaka Wani (Cak Jek). Sasana menjelma menjadi Sasa sang biduan dengan Cak Jek yang ikut berdalih dalam hal tersebut.
Hal ini pun juga dipertanyakan Jaka Wani tentang ketidakadilan yang seringkali didapati oleh kaum yang terpinggirkan: buruh.
Akhir dari cerita ini pun nampaknya sengaja penulis hadirkan dengan tanpa penyelesaian konflik, mengingat isu yang diangkat adalah tentang isu sosial mengenai "kebebasan". Saya sendiri tidak mau memberikan spoiler karena biar Anda sendiri deh yang membaca bagaimana penulis ini begitu "mahir".
Cerita buku ini cukup panjang dan sedikit lebih menggambarkan potret negeri ini pula. Entahlah, sebenarnya saya tidak terlalu suka membaca sesuatu dengan topik waria atau LGBT. Tetapi di sini, penulis sangat mahir membangkitkan kegelisahan itu juga pada saya. Banyak kali pertanyaan yang membuat saya tak nyaman seperti yang saya tanyakan pada diri saya sendiri: "Bagaimana jika itu juga terjadi pada saya..."
Plot yang disajikan pun juga apik dan memiliki kesan "bulat" bagi saya. Sistematika dalam novel ini pun menyenangkan. Jujur saja, saya memang terbiasa membaca dalam kurun waktu yang singkat, tetapi jarang sekali punya hasrat "harus sekali diselesaikan".
Tapi mungkin memang review yang hadir pun tergantung selera. Dan bagi saya, novel ini sangat recommended. Iya, saya benar-benar kasih 5 bintang!
Menyenangkan sekali membaca buku ini. Mungkin saya jadi fans berat Mbak Okky sekarang. Hmm.. tinggal mengumpulkan uang untuk beli "Entrok" dan "86"!
Comments
Post a Comment