Kastel Imajiner

Bertualang sudah menjadi kompas hidupmu, dan terikat adalah hal asing bagimu.
Kau mengumpulkan pundi-pundi tawa, kemudian menjadikannya kisah hebat.
Mungkin ikrar hal tabu bagimu, dan kesenangan-kesenangan semu adalah garis finismu.

Sampai akhirnya kau tak berkutik menghadapi seseorang.
Seseorang yang dulunya sejumput cerita masa lalu yang mudah dilupakan.
Tapi kini tanpa bisa kautebak menjadi lagu ninabobo yang wajib kaudengar tiap malam.



Duniamu jungkir balik dalam denting tawanya.
Kau membangun kastel imajiner, dan berharap kau dan dirinya jadi penghuni.

Kastel imajiner itu makin riuh.
Kau ingin membuatnya nyata.
Kaukorbankan waktu demi amarahnya.
Kauluangkan tenaga demi ceracaunya.

Lantas sebelum fajar menyingsing, kau meragu.
Langkah-langkah tegasmu goyah karena perasaanmu yang kerap mengejuju padanya.
Perasaan tak pernah salah, tapi kau tahu segala tentangnya salah.

Maka yang bisa kaupertahankan hanyalah kastel imajiner milikmu.
Di mana kalian berdua saling mengaitkan diri dan lebur.


Jakarta, 13 Mei 2014
01.04

Post a Comment

0 Comments