[24] Fall by Carammella





Pada pertemuan pertama, ia mengoyakmu. Membuat kau hancur menjadi serpihan-serpihan kecil, hingga kau tidak dapat mengenal dirimu lagi.

Kau hancur, luluh, berantakan.

Dalam usahamu menyusun kepingan-kepingan diri yang ia serakan. Ia kembali datang. Dan sekali lagi mencoba menhancurkanmu untuk menjadikan miliknya.

Tidak diragukan lagi membunuhnya adalah keinginan terbesarmu. Tapi bagaimana jika hanya padanya, ia yang menghancurkanmu, kau merasa utuh.

__

Fall, mengisahkan kisah kehancuran terbesar yang dapat menimpa seorang perempuan. Kebencian yang dibalut hasrat. Juga keinginan memiliki yang sangat obsesif.

Dalam jalinan kisah yang dirangkai Carramella, semua perasaan tersebut ditampilkan dengan keindahan yang mengusik jiwa. Membuat kita secara terpaksa mengakui, bahwa terkadang, sebuah kehancuran pun dapat terlihat sangat indah.


Fall, Carammella
Crimson, 225 halaman

***

Well, ini adalah buntelan pertama saya dari BBI. So, excited banget dong untuk segera dibaca. Saya pun menanti-nantikan kapan novel ini dikirim ke rumah saya. Begitu sampai, saya langsung membuka novel ini.

Kesan pertama saya? Cantik! Lay out dan desainnya manis sekali. Saya suka perpaduan black and white dari novel ini. Kesannya juga luks dan berkelas. Sambil menikmati pandangan akan desain sampul yang oke, saya akhirnya lekas-lekas membaca novel ini.

Novel ini menceritakan tentang perbedaan tipis antara cinta dan benci. Premis yang digunakan novel ini juga menjanjikan, di mana tokoh utamanya, Marianka, telah direnggut kesuciannya oleh pria bernama Rem. Tapi… Marianka sendiri tidak tahu, apakah ia benar-benar membenci Rem karena ia juga mencintainya.

Premisnya menarik, bukan?

Kelebihan novel tersebut pada pada premis yang menjanjikan. Flashback pun disisipkan untuk mengetahui benang merah hubungan Marianka dan Rem sebelumnya.

Yang mengganjal adalah back story yang terlalu… kosong. Juga narasi-narasi yang tidak bulat (aduh, bahasa apaan ini? Sotoy mulai). Kalau dari panjang cerita, lebih cocok jadi novelet ketimbang novel pula.

Meskipun bagi saya pribadi tidak menyukai gaya eksekusi menulis si penulis, untuk penyuka bahasa mendayu-dayu, saya rekomendasikan novel ini.

Untuk typo, banyak banget sebenarnya. Tapi “tersamarkan”…


Omong-omong, beneran, saya suka lay out-nya! Empat jempol untuk setter dan yang desain buku ini.

Comments

Popular Posts