[72] Demian by Hermann Hesse


Judul Buku
Demian

Penulis
Hermann Hesse



Penerjemah: Diandra Rizkyutami⁣
Penyunting: Ayu Yudha dan Mery Riansyah⁣
Desain Sampul: Sukutangan
ISBN: 9786026682475
Semicolon Publisher, 224 halaman




Emil Sinclair dibesarkan di keluarga kaya. Dia sejak kecil tahu bahwa dia diharuskan seperti ayah dan ibunya: berpendidikan, saleh, dan baik. Namun, peraturan itu membuatnya merasa terkungkung. ⁣

Sampai dia bertemu Max Demian, teman yang membantunya mempertanyakan apa arti menjadi manusia.⁣

Buku ini merupakan pergolakan batin anak muda untuk memilih dunia terang dan dunia gelap, semua itu demi menemukan jati dirinya.⁣


* * *


Demian merupakan novel klasik dengan tokoh utama remaja bernama Emil Sinclair. Tokoh Max Demian sendiri bukanlah tokoh utama, melainkan tokoh pembantu yang justru memberikan petunjuk-petunjuk terhadap Emil Sinclair dalam fase hidupnya yang berkelok. Pertemuan Sinclair dengan Damian pun sempat terhenti, lalu akhirnya bertemu lagi. Benar-benar kismet.

Aku nggak bakal banyak meresensi kisah dan plot dan dalam novel ini karena rasanya nggak punya kapasitas. Dan kayaknya udah banyak banget yang review, apalagi ini salah satu novel klasik.


Dalam novel ini banyak banget pemikiran filosofis yang bagus banget menurutku. Apalagi novel ini diterjemahkan dengan apik.

Kalau hewan atau manusia mengarahkan segenap perhatian dan keinginannya pada hal tertentu, dia akan mendapatkannya. Itu saja.” – halaman 72

Perhatikan seseorang dengan cukup lama, maka kau akan tahu lebih banyak tentang dirinya daripada dia sendiri.” – halaman 72


Ketika sesekali aku membandingkan diri dengan orang lain, seringnya aku merasa angkuh dan banga, tetapi sering pula aku merasa tertekan dan malu. Aku sering menganggap diriku sebagai seorang genius, sering pula sebagai orang yang setengah gila. Aku tidak dapat ikut serta dalam kesenangan dan kehidupan orang sebayaku, dan tidak jading aku berakhir dalam nestapa dan menyalahkan diri sendiri, seolah-olah aku telah terpisah dari merea tanpa ada harapan lagi, seolah-olah kehidupan yang seperti itu telah terkunci bagiku.” – halaman 143


Orang yang ingin kaubinasakan bukanlah tuan ini atau tuan itu, dia tentu hanya samaran. Saat kita membenci seseorang, yang kita benci dari sosoknya adalah apa yang sebenarnya ada dalam diri kita. Kerena, apa yang tidak ada dalam diri kita, tidak akan membuat kita terganggu.” – halaman 148



Dan saat itu, suatu kesadaran membakarku bagaikan nyala api: di dalam setiap manusia terdapat “tugas”, tetapi tidak satu pun dari kita dapat memilihnya sendiri, apalagia merencanakan dan menjalankannya sesuka hati. Menginginkan Tuhan-Tuhan yang baru adalah suatu kesalahan, menginginkan sesuatu untuk mencoba diberikan kepada dunia adalah hal yang tidak benar! Tidak ada, tidak ada, tidak ada kewajiban bagi manusia yang telah sadar kecuali satu hal: mencari jati dirinya sendiri, teguh dengan batinnya sendiri, meraba-raba jalannya untuk maju, ke mana pun jalan itu mengarah.” – halaman 167


Tugas sesungguhnya setiap manusiaadalah satu: menemukan jati dirinya.” – halaman 168


Maka kupandangi diriku sendiri dan kutatap lekat-lekat mata citra takdirku yang terbuka lebar. Mata-mata itu bisa sarat kebijakan, sarat kegilaan. Mata-mata itu bisa memancarkan cinta atau kebencian mendalam, semua masa sama saja. TIdak satu pun di antara semua itu dapat kita pilih, tak satu pun dapat kita inginkan. Kita hanya boleh menginginkan diri sendiri, hanya takdir.” – halaman 171


Selama mimpi itu adalah takdirmu, selama itulah kau harus setia kepadanya.” – halaman 188 


Sebenarnya masih banyak lagi kutipan yang aku suka, tapi rasanya mesti baca "alur"-nya dalam novel ini, biar lebih terasa.

Salah satu novel yang mesti dibaca. Dan buatku pribadi, salah satu novel kanon wajib buat para penulis.


Post a Comment

0 Comments