[57] Mariposa: Kisah SMA yang Cinta Melulu


Untuk mencintai kamu, aku hanya butuh waktu satu detik.
Untuk mendapatkan cinta kamu? Aku butuh berapa juta detik?

Ini kisah tentang Acha, memiliki nama panjang Natasha Kay Loovi. Gadis ajaib berparas cantik seperti bidadari. Ini juga kisah tentang Iqbal. Jangan tanya nama panjangnya siapa, nanti kalian jatuh cinta. Pria berhati dingin dengan hidup monotonnya.

Bercerita tentang perjuangan Acha untuk mendapatkan cinta seorang Iqbal. Acha tak pernah gentar meruntuhkan dingin dan kokohnya tembok pertahanan hati Iqbal yang belum pernah disinggahi perempuan mana pun.

Sikap dingin dan penolakan Iqbal berkali-kali tak membuat Acha menyerah. Bagi Acha selama Iqbal masih berwujud manusia, selama Iqbal tidak berubah menjadi sapi terbang, Acha akan terus berjuang.

Siapkan hati yang mandiri untuk membaca cerita ini. Hati-hati jantung Anda, mohon selalu dijaga. Serangan baper akan terus menyerang tanpa henti. 

Kisah romantis komedi remaja yang siap memanjakan hari indah Anda semua. Jangan lupa selalu bahagia.

Dari Mariposa untuk semua pembaca tercinta. 

Mariposa, Luluk HF
Coconut Books, 496 halaman
ISBN13 9786025508615

* * *


Sebelum mulai mereviu novel ini, aku mau bilang bahwa yang ada di sini adalah pendapat pribadi. Kalau sudah oke sama pernyataan itu, silakan dibaca review ala kadarnya ini.

Mariposa menceritakan tentang Acha yang tergila-gila sama Iqbal. Mau dibilang apa juga, Acha terus-terusan mengejar-ngejar Iqbal. Semua Acha lakukan buat Iqbal. Kalau kata anak zaman sekarang, tipikal bucin alias budak cinta. Aku merasa penasaran karena beberapa orang suka banget sama novel ini, jadi nggak ada salahnya dong penasaran. Apalagi label buku ini cukup cetar: "REKOR NOVEL DENGAN JUMLAH PEMBACA TERBANYAK" (yang tentunya di Wattpad). Namun, memang laku kok, soalnya sering masuk jajaran top ten  dalam kategori fiksi di berbagai toko buku.

Awal baca, aku dibuat mengernyit sama paragraf kedua novelnya yang aneh. Segala bahas reseptor. Biar kelihatan cerdas mungkin, ya? Soalnya karakter di novel ini ditulis cerdas. Namun, gara-gara itu aku malah cuekin novel ini selama dua minggu di rak.

Yak, sampai akhirnya aku baca novel ini weekend kemarin.

Buatku, cerita novel ini muter-muter nggak ada juntrungan. Maksudnya, arah dari cerita memang kayaknya mempertemukan ”cinta” Acha dan Iqbal. Namun, banyak banget bagian nggak penting yang dituangkan. Bukan cuma banyak bagian yang menurutku nggak penting dan nggak buat plot maju, banyak juga hal teknis yang buat mengernyit saking nggak efisiennya.

Buat karakter Acha, sebenarnya bisa banget jadi tokoh yang berbeda daripada yang lain. Tipikal karakter Aru di Nagra & Aru. Bedanya, karakter di sini nggak punya kausalitas gitu, terkesan maksa memang sudah dilahirkan agresif. Sudah begitu, si Acha ini sok imut banget. Dari awal udah ilfil karena menyebut diri sendiri pakai nama. Ya nggak tahu kalau memang si cewek itu cantik banget (mungkin dimaafkan?). Sudah demikian, dia kan dibilangnya pintar... tapi kok... ya paham sih kadang cinta memang buat bloon, tapi kayaknya nggak sebegitunya. 

Karakter Iqbal juga bikin aku tepuk jidat. Penulis kayaknya berusaha keras menampilkan sosok nggak peduli dia ke Acha, tapi MAKSA. Atau sebenernya aku nggak cocok sama karakter-karakter di sini karena perbedaan generasi? 

Terus, sahabatnya Acha (aduh aku lupa namanya karena nggak memorable) yang sok-sokan menasihati Iqbal untuk nggak menyia-nyiakan Acha dengan menerima cowok yang belum "dia kenal". Itu lawak banget. Sedih nggak sih kamu mesti jadian cuma biar gebetan teman sadar dengan tindakannya? Wakwakwak.

Selain itu, aku merasa nggak nyaman dengan narasi dan deksripsi novelnya. (Halah, bilang saja memang nggak cocok sama novel ini.) Apalagi ada tambahan kutipan yang dikursif di akhir subbab. Niatnya biar galau kali, ya? Namun jatuhnya (@%^!&*^@#). Memang sih, kayaknya banyak yang suka sama kutipan-kutipan manis manja ini.

Selain itu, ya kali Acha sehat, terus sakit parah, terus sehat bugar. Ini mau menambah kesan dramatis kayak film-film? Namun, di mana logikanya? Apakah nggak dicek dulu? Atau memang kisah Acha dan Iqbal ini ada di dalam dunia paralel?

Terus, kata sebutannya dong... pria dan gadis. Aku ngerasa bagaimana gitu ya saat anak SMA dipanggil pria. 

Meski demikian, kalau dieksekusi dengan baik, kayaknya bisa banget novel ini jadi "menyegarkan" dan "sehat". Apalagi dengan lawakan-lawakan receh yang kekinian (yang anehnya tuh aku nggak berasa lucunya padahal aku tipe receh juga sama lawakan). 

Sekonyong-konyong aku teringat sebuah reviu novel (bukan novel ini) yang menulis: "Selamat ya, X, bukunya nggak ada salah ketik." Nah, X itu nama editor. Memangnya dia kira tugas editor sekadar mengecek saltik, ya? Secetek itu? Hubungannya dengan novel ini? Berasa nggak diedit.

Menurutku, novel ini mubazir banget. Bayangkan, nyaris lima ratus halaman dengan cerita yang hhh... untung juga aku bacanya skimming. Spoiler sedikit, sudah 200-an halaman, tapi antarkarakternya nggak ada kemajuan. Kalau mau baca dan suka disiksa sama cinta bertepuk sebelah tangan, memang oke banget.

Namun, selamat buat penulis. Kayaknya sudah menerbitkan lebih dari satu buku dan laris manis tanjung kimpul. Mau dibikin film juga. Semoga filmnya nggak saklek-saklek amat kayak bukunya. Terakhir, ulasan begini nggak bakal buat surut penjualan lho. 



Post a Comment

23 Comments

Dedul Faithful said…
Lucu pak reviewnya. Saya ngakak pas bacanya :)
Unknown said…
Hmmmm baca reviewnya bikin ingat sama yang sudah mereview novel DN dulu, katanya banyak hal-hal yang mubazir yang disajikan dalam novel itu.
Wadu, lawak dong reviewnya.
DN itu Dear Nathan, ya? Gue DNF sih pas baca. Tapi pengarangnya keliatan mau belajar sih (atau tergantung penerbitan?). Pas gue baca Serendipity udah waaaay betteeeerrr dibandingkan DN itu. :D
destinugrainy said…
Trus Mariposa itu artinya apa?
Yang digambar gede-gede di kovernya, Mb.
Unknown said…
Sama, heran kenapa banyak bgt yg baca, padahal menurut gue buku ini mirip sinetron2 alay di rcti :(
Husni said…
This comment has been removed by the author.
Husni said…
Saya baca cerita ini awalnya di wattpad, di bab-bab awal sih saya suka banget, tapi saya stop di bab belasan karena saya enggak kuat bacanya (tulisannya untuk ukuran penulis terkenal--buruk) jadi saya berpikir, mungkin kalau sudah naik cetak, tulisannya akan lebih enak dipandang.

Dan ya, benar, tulisannya memang lebih BAIK. Namun alurnya benar-benar apa yang kamu bilang, muter-muter. Enggak ada konflik yang membuat kita bersimpati sama sekali, sampe baru tiga minggu saya busa kelarin itu buku dengan hampir 500 halaman.

Kecewa? Pasti. Cerita ini memang sepertinya ditujukan hanya untuk gadis-gadis remaja yang ingin berbaper-baper ria dengan keromantisan. (meski saya sendiri enggak bisa melihat di mana letak keromatisannya)
Gue malah kebalikan. Dari awal udah nggak suka karena penulis kayak "pamer" pengetahuan padahal nggak penting.

Mungkin penulisan lebih baik karena ada "copy editor" yang membenarkan penulisan si penulis, tapi sayangnya nggak ada revisi untuk plotnya yang nggak jelas juntrungannya ini haha.

Kalau soal kecewa, ya memang. Tapi toh "pasar" tulisan ini banyak, yang menunjukkan... yea~
Azkaira Ruby said…
hahahaha setuju bgt sih sama reviewnya. Parah jalan ceritanya muter2 dan bucin akut. Penulis keras kepala mertahanin karakter acha yg manja2 tapi bucin, dan iqbal yg katanya dingin super gak pedulian. Dan gak nyangka juga sih bisa sampe difilmin. Kenapa banyak yg suka ya. Hhhhhh ya mungkin karna beda generasi kali, yg demen anak2 muda yg hobi ngebucin juga kayanya. wkwk
Nggak ada yang salah sih dengan "ngebucin". Ada masa-masanya kok hahaha. Tapi lebih ke arah nggak masuk akal aja sih plotnya kalo menurut gue heheh.
Unknown said…
Wah Sekarang malah lagi dibuat Visual Novelnya di Game Memories. Hari ini baru banget rilis eps 1. Jadilah cari-cari reviewnya. Hmm dulu nggak tertarik sama novelnya sih jadi ga baca. Tapi marinkita lihat perbedaannya dengan versi Visual Novel.
delsxxn said…
Gue juga awalnya sukak banget si, ama ni novel.Berawal dari wattpadd, tiba2 aja gue baper sendiri.Gue juga sering ga sabar nungguin kelanjutannya.Walau akhirnya sampe sekarang gue gak bisa beli novelnya karna duit gue yg selalu pas-pasan.Tapi makin lama gue mikir, bener si, Mariposa bikin gue agak jijik sama mual karena kata-katanya yang terkesan dilebih lebihkan.Dari gue yang fanatik banget(mungkin efek baper karena kelamaan jomblo kali yah), jadi biasa-biasa aj.Makasih nih ya, yang udah membantu gue melepaskan diri dari ketergantungan gue terhadap mariposa dengan cara menjelek-jelekannya.Karna lamalama gue sadar, ternyata kenyataan ga seindah ekspetasi.Jadi males nih buat nontonin filmnya.
Memang bener, sih. Pertama baca lihat novelnya, gak tahu kenapa saya malah ilfeel. Miris ngelihat temen baper sendiri baca buku itu. Walau novel itu terakhir saya dengan kabarnya disita sama musyrifah (pembina asrama) kami.

Selama lockdown saya coba baca di Wattpad. Memang mama saya melarang, tapi saya tetap baca saking penasaran. Dan, ya, saya baper. Pas lihat trailernya makin suka. Tapi efeknya? Saya yang gak terbiasa baca novel romantis malah terpaksa kehilangan hafalan Al-Qur'an berlembar-lembar, lho.

Akhirnya saya tinggalin. Tapi saya mikir lagi, gimana kalau saya bikin resensi novel ini. Saya punya kesempatan untuk membuka mata orang-orang sama seperti yang mas lakukan. Dan berhubung saya juga anak sekolah tahfidz, saya merasa harus meluruskan pemikiran remaja seusia saya.

Menurut saya seperti itu, sih. Novelnya baru dipesan tadi. Bagi saya, tindakan ini dilakukan agar saya tidak penasaran dengan isinya dan bisa menilai novel tersebut dari sudut pandang agama.
Unknown said…
IRI BILANG BOSSS
SUSAH AMAT HARGAI KARYA ORANG, NGEREVIEWLAH TANPA MENJATUHKAN KARYA ORANG. Hargai kesukaan orang,kalau ngereview ya tanpa menjatuhkan kyk gini bisa ngk? Keliatan banget ya itunya hdjeksks.
Anonymous said…
Wah ide bagus tuh. Saya menunggu para ahli agama dan cendekiawan lain untuk mereview novel ini dari berbagai sudut pandang secara profesional, seperti dari sisi agama, budaya, dan psikologi karena seperti yang kita ketahui, sasaran dari buku ini adalah para remaja yang masih labil dan masih mencari jati diri. Tentunya kita nggak mau para pemuda generasi penerus bangsa terjerumus dalam hal-hal tidak baik karena terlalu sering disuguhi buku-buku yang kurang berbobot atau bahkan mungkin menyesatkan. Hitung-hitung masukan juga buat penulisnya supaya lain kali bisa menghasilkan karya yang lebih berkualitas.
Park Emilia said…
Boro2 mau beli bukunya, pas baca Mariposa di wattpad aja udah sakit mataku. Ga kuat lanjut baca ampe chapter 2 T_T
Anonymous said…
Selera remaja indonesia makin anjlok yah bund, apa aja yg bikin baper slalu diminati.

St
Anonymous said…
Namanya juga ngereview, sayang. Pasti dijabarin kekurangan dan yang pasti ada kritik. Itulah yang namanya ngereview. Coba cari review mariposa yang lain, banyak pendapat yang sama dengan review ini.