[31] Me Before You by Jojo Moyes




Lou Clark tahu banyak hal. Dia tahu berapa langkah jarak antara halte bus dan rumahnya. Dia tahu dia suka sekali bekerja di kedai kopi The Buttered Bun, dan dia tahu mungkin dia tidak begitu mencintai pacarnya, Patrick.

Tetapi Lou tidak tahu bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, dan peristiwa apa saja yang akan menyusul kemudian.


Setelah mengalami kecelakaan, Will Traynor tahu dia sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Dunianya kini menyusut dan tak ada lagi suka cita. Dan dia tahu betul, bagaimana mesti menghentikannya.

Namun Will tidak tahu bahwa sebantar lagi Lou akan masuk ke dunianya dengan membawa warna-warni ceria. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari, betapa mereka akan membawa perubahan besar ke dalam kehidupan satu sama lain.

Me Before You - Sebelum Mengenalmu
Jojo Moyes
656 halaman, Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, Mei 2013
ISBN 9789792295771


* * * * *


Novel dengan desain sampul biru ini benar-benar menyenangkan dibaca. Diawali oleh tutupnya kedai kopi The Buttered Bun, tempat Louisa Clark bekerja. Nggak punya alternatif lain dan didesak kebutuhan keuangan keluarganya, Lou mencoba melamar menjadi perawat. Awalnya Lou mengira akan merawat orang tua, bahkan ia sempat mengolok-olok pekerjaan untuk "mengelap bokong" orang tua. Tapi ternyata ia salah. Ia harus menemui Will yang mengidap quadriplegia C5/6. Yah, awalnya memang amat sangat menakutkan menjadi perawat Will karena pria itu sama sekali nggak menginginkan keberadaannya. Tapi saat satu momen, mereka akhirnya saling mengisi.

Cerita yang sungguh indah. Aku menikmati jalinan cerita yang ditulis Jojo Moyes dengan perlahan. Detail perasaan yang digambarkan juga cukup apik, membuatku ikut merasakan perasaan Lou. Dan sebenarnya, aku, mungkin juga para pembaca lain, sudah dengan mudah akan dibawa ke mana cerita Me Before You ini. Tetapi gaya menulis Jojo Moyes membuatku betah berlama-lama menyaksikan interaksi Lou dan Will.

Lantas, bagaimana dengan karakternya?

Aku suka dengan karakter Lou. Bagaimana lingkungan kehidupannya yang kecil membuatnya terkungkung. Bayangkan saja, ia sudah cukup bahagia hanya sekadar bekerja di kedai kopi The Buttered Bun. Orangtuanya juga hanya mengandalkan pesangon Lou yang nggak seberapa darinya, saat ia masih bekerja di kedai kopi tersebut. Dalam lingkungan keluarga seperti itu, tentu saja Lou nggak bisa menatap sesuatu yang "lebih tinggi lagi". Aku, terus terang, kagum dengan karakter Lou, yang untungnya di akhir cerita lebih "bebas".

Aku juga suka karakter Will. Awalnya memang diceritakan begitu dingin dan sinis. Tapi lama-kelamaan, toh cair juga dengan sikap Lou. Aku sendiri nggak membayangkan, bagaimana rasanya di umur 33 tahun, ketika semua seolah berjalan baik-baik saja, ia ditabrak motor, sehingga menderita cedera quadriplegia C5/6. Karakter Will lambat laun menjadi sangat manis.

Selebihnya, aku juga suka karakter seperti Nathan, Camillia Traynor... pokoknya semuanya. Karakter yang ada di sini bukan sekadar tempelan belaka. Semuanya memiliki porsi. Yah, pemakaian PoV 1 memang dari sudut pandang Louisa. Tapi, sesekali, ada sisipan dari sudut pandang orang lain seperti Camillia Traynor, Steven Traynor, Nathan, dan Katrina. Penambahan sudut pandang (meski sedikit) ini nggak menganggu, malah membantumku memahami perasaan mereka yang dekat dengan Will (kecuali Katrina, adik Lou).

Dua jempol untuk penerjemah dan editornya, karena "rasa" novel ini tetap dapat menggelitik benak, merasakan kehangatan keluarga Lou, juga love-hate relationship dari Lou dan Will. Juara!

Empat bintang utuh untuk cerita menakjubkan seperti ini.

Post a Comment

0 Comments