[64] The Traveling Cat Chronicle: Kronik si Nana, Kucing yang Memiliki Ekor seperti Angka Tujuh
Aku adalah seekor kucing.
Dia adalah seorang pemuda penyuka kucing.
“Kau selalu tidur di sini?”
Kenapa, mau protes?
“Manisnya....”
Memang. Banyak yang bilang begitu.
“Boleh kusentuh?”
Maaf saja, tidak boleh.
Kukira dia hanya akan jadi satu dari sekian banyak orang
yang cuma lewat dalam kehidupanku sebagai kucing liar.
Akan tetapi, dia menyelamatkan nyawaku.
Sebagai gantinya, aku biarkan dia memeliharaku,
Karena aku kucing yang manis.
Setelah lima tahun kami bersama,
Satoru harus mencari orang untuk mengadopsiku
karena satu dan lain hal.
Maka, kami berdua pun memulai sebuah
perjalanan panjang mengendarai mobil wagon perak
kesukaanku ke berbagai penjuru negeri untuk menemui
teman-teman lama Satoru.
Akan tetapi, ada satu hal yang Satoru sembunyikan dariku....
The Traveling Cat Chronicles, Arikawa Hiro
Penerbit Haru, 364 halaman
ISBN 9786025385858
ISBN 9786025385858
* * *
Sebenarnya gue agak ragu sih menaruh cuplikan sinopsis dan data dari buku yang mana. Karena memang gue punya dua bukunya. Buku pertama versi hard cover yang gue beli di Bandara Changi (seharga 20 SGD) yang gue dapatkan gratis karena punya voucer Changi. Pas gue beli pun, itu karena temen gue yang tanya begini sama gue, "Lo udah baca The Traveling Cat Chronicles belum? Di Singapura jadi novel paling laris tuh."
Hmm... menarik. Jadi pas ada kesempatan beli "gratis", kenapa nggak langsung? Akhirnya gue dapet versi hard cover-nya meski ada drama kebanyakan sisa soft cover (harganya 18 SGD). Karena gue pake voucer, kan sayang rasanya 2 SGD-nya hahaha.
Terjemahan versi bahasa Inggris-nya bagus. Gue ngebacanya tanpa hambatan. Dan setelah baca, perasaannya agak nyes gimana gitu ya. Jadi pengin adopsi Nana, si kucing yang ekornya kayak angka tujuh itu.
Tapi, gue tahu banget ada beberapa kosakata yang sebenernya punya makna khusus. Yang sayangnya, nggak dijabarkan dalam versi bahasa Inggris tersebut. Meski begitu, gue tetap suka dan berpikir novel ini adalah salah satu novel favorit gue pada tahun ini.
Nggak lama kemudian, gue iseng buka Instagram Penerbit Haru, dan... seneng banget ternyata novel ini diterjemahkan sama mereka! Karena, salah satu penerbit yang terjemahan bahasa Jepang-nya bagus itu ya memang Penerbit Haru. Gue nggak pernah kecewa sama terjemahan mereka. (Gue bahkan selalu seneng saat novel-novel Akiyoshi Rikako sang novelis Jepang favorit gue diterbitin sama mereka. Hmm... tapi gue nggak terlalu suka sama terjemahan bahasa Korea mereka sih. Puyeng...).
Akhirnya gue pun memutuskan untuk membeli versi terjemahannya dong. Entah kenapa gue yakin banget kalo dalam terjemahan Indonesia-nya ini bakalan banyak keterangan footnote yang nggak gue dapet di buku aslinya.
Dan ternyata memang benar. Nggak salah deh baca lagi versi bahasa Indonesia-nya... maka dari itu gue memutuskan untuk kasih keterangan buku dari Penerbit Haru aja ketimbang aslinya haha.
The Traveler Cat Chronicles menceritakan tentang Satoru yang ingin mencari majikan baru buat Nana, kucing kesayangannya. Awal pertemuannya dengan Nana adalah saat dia melihat Nana lagi leyeh-leyeh di mobil wagon perak miliknya. Dan setelah lima tahun jadi tuan kucing (?), Satoru pun memutuskan bahwa nggak bisa lagi memelihara Nana.
Karena alasan itulah Satoru akhirnya menghubungi orang-orang terdekatnya, meminta mereka untuk mengadopsi Nana. Karena Satoru merasa Nana mesti tinggal bersama orang yang tepat. Sebelumnya, saat Satoru masih kecil, dia juga punya kucing bernama Hachi. Dan kaitannya dengan pengadopsian Nana ini ternyata juga cukup kuat. Justifikasi tindakan Satoru masuk akal ketika kita ngebaca cerita ini.
Yang menarik dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga (Satoru sebagai tokoh sentral) dan sudut pandang orang pertama yang mana Nana yang berbicara. Duh, Nana ini jalan pikirannya persis kayak kucing yang gue bayangin selama ini: manis manja, "comel", congkak, malu-tapi-mau (makanya ada sebutan malu-malu kucing eapz), tapi sebenarnya penyayang. Dan menurut gue tuh porsi Nana di sini kurang banget! (Entah kenapa gue ngebayangin Nana, salah satu hero dalam Mobile Legend, merupakan perwujudan Nana dalam bentuk setengah hewan setengah manusia!!! Hahaha. Bedanya Nana di Mobile Legend kan setengah rubah ya, bukannya setengah kucing.)
Membaca satu demi satu kronik, membaca perjalanan Satoru mengunjungi orang-orang terdekatnya, membuat perasaan jadi nyes. Gimanapun, meski latar Jepang-nya kuat, ada beberapa hal yang bikin ngerasa kehidupan Satoru pun dirasakan sama orang lain. Satoru ya manusia kayak kita--kayak gue. Perjalanan Satoru menemui orang-orang terdekatnya inilah yang bikin gue sadar bahwa sebenarnya banyak kesalahpahaman di antara hubungan tiap orang karena asumsi mereka sendiri. Asumsi mereka yang bikin mereka ngerasa insecure.
Meski ceritanya bisa ketebak banget, apalagi alasan Satoru kenapa mesti kasih Nana ke orang lain, tetap aja cerita ini bikin perasaan carut marut. Jalinan ceritanya juga dengan pace yang konstan. Lapis demi lapis dijabarkan. Lapis demi lapis diberitahu hubungan seperti apa yang mereka punya dengan Satoru. Dan yang paling penting, perasaan Nana terhadap Satoru, yang meski kelihatan jual mahal ya sayang banget sama Satoru. Mungkin Nana layak disandingkan sama Hachiko? (Mulai ngaco.)
Tapi entah kenapa, gue ngerasa lebih oke kalo penulisnya bikin open ending, bukannya benar-benar diceritakan sampai benar-benar "selesai". Tapi ya itu masalah selera lagi sih ya.
Oh iya, jadi sadar juga kalo Penerbit Haru punya selingkung yang sama kayak GPU (yang tadinya sih tetap berpedoman sama KBBI ya si Penerbit Haru ini). Misalnya memberitahu, orangtua (parents) yang tanpa spasi (padahal sebelumnya Penerbit Haru tetap direnggangkan gitu kalo merujuk ke orangtua jadi "orang tua" meskiii yang bener memang "orang tua" sih. Soalnya jarang yang selingkungnya kayak GPU begini haha).
Selain itu, kok siluet kucingnya nggak kayak Nana sih di kovernya Penerbit Haru? (Padahal nggak tahu Nana kayak gimana.)
Selain itu, kok siluet kucingnya nggak kayak Nana sih di kovernya Penerbit Haru? (Padahal nggak tahu Nana kayak gimana.)
Buat pencinta kucing, penyuka cerita Jepang, sebenarnya cerita ini layak dijadikan bacaan!
Baca juga:
Comments
Post a Comment