Di tengah menghadapi jam kerja tak berperasaan dan menjalani hubungan jarak jauh dengan Jesse, kekasihnya yang kuliah di Belanda, Atisha harus mencari jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk yang selalu membuatnya terbangun di tengah malam. Mimpi buruk yang terus membawanya pulang ke kenangan-kenangan pahit.
Seolah semuanya itu belum cukup, Gema, pemuda yang pernah Atisha cintai, tiba-tiba muncul di kantornya sebagai pembawa acara baru. Kehadiran Gema mengingatkannya pada kebahagiaan sekaligus patah hati yang hingga kini masih terasa pahit, juga pada masa lalu yang dulu menjadi penyebab Gema meninggalkannya.
Gema berusaha memasuki kehidupannya kembali. Tapi Atisha berjanji takkan mengkhianati Jesse, juga takkan mengizinkan Gema menyakiti hatinya lagi.
Namun, bagaimana ketika hubungannya dengan Jesse mulai mengalami masalah? Bagaimana jika Gema membukakan sebuah fakta menyakitkan tentang kekasihnya itu? Dan bagaimana jika… berdamai dengan masa lalu adalah satu-satunya jalan keluar untuk Atisha?
Kepada Gema, Diego Christian
Gramedia Pustaka Utama, 250 halaman
ISBN 9786020325231
Cetakan Pertama, Februari 2016
* * *
Aku termasuk orang yang mengikuti perkembangan tulisan Diego Christian. Mulai dari Percaya, Travel in Love, Thy Will be Done, dan ini adalah karya terbarunya yang berjudul Kepada Gema. Sebelumnya, aku sempat tahu bahwa karya ini sempat memiliki judul The Saddest Book on Earth dan Kepada Gema-Gema di Udara. Judul Kepada Gema rasanya memang lebih cocok, jadi selamat untuk judul novel yang tepat ini.
Novel ini menceritakan tentang Atisha yang memiliki kekasih bernama Jesse yang sedang berkuliah S-2 di Belanda. Tokoh Atisha sempat muncul di novel Thy Will be Done. Dengan latar dunia pertelevisian, latar karier Atisha dan teman-temannya terasa begitu pekat sehingga mudah memahami apa saja pekerjaan Atisha. Seenggaknya, aku yang awam dalam dunia tersebut tahu bagaimana ruwetnya dunia itu. Dan Diego pandai melakukan sisipan karier tersebut tanpa berlebihan.
Untuk cerita, sebenarnya novel Kepada Gema memiliki alur cerita yang cepat. Penggalan-penggalan babnya juga termasuk pendek dan mudah dibaca. Bahasa yang Diego gunakan juga enak dibaca karena, seperti yang Diego pernah katakan, menggunakan bahasa WAYS. Namun, entah kenapa aku lebih menyukai Thy Will be Done daripada novel ini.
Kepada Gema ditulis dengan baik, memang. Namun, aku merasakan penulis "kedodoran" dengan premis yang digunakan. Banyak sekali subkonflik yang dihadirkan tapi hanya sekadar ditulis. Aku agak menyayangkan karena sebenarnya novel ini berpotensi lebih. Penyakit yang diderita perempuan penggila Pocky itu pun kurang digali, jadi aku hanya merasa konflik tersebut hanya tempelan. Apalagi masa lalu Atisha yang diceritakan hanya sambil lalu. Yang paling disayangkan, dan semoga hanya aku pribadi yang merasakannya, aku nggak bisa attach dengan Atisha. Bagaimana ia menunggu dan tergila-gila pada Jesse. Bagaimana ia merasa dilematis terhadap hadirnya seorang Gema. Dan, yah, aku harus mengakui bahwa aku merasa karakternya sangat kurang gimmick.
Secara keseluruhan, Kepada Gema memiliki plot baik, dengan gaya bercerita yang cukup baik. Hanya disayangkan penulis kurang mengeksplorasi perasaan dan rasanya (bagiku pribadi) kurang melakukan riset dalam mental illness. Jadi, berbeda dengan Thy Will be Done yang aku berikan bintang 3.5 (dan dibulatkan menjadi empat), novel ini mengalami penurunan. Semoga Diego tetap semangat untuk belajar menulis lebih baik lagi.
Ditunggu novel kelimanya, Diego.
2 Comments
Nonton film