[35] In The Bag by Kate Klise





Dua orangtua tunggal mengira mereka terlalu sibuk untuk kencan. Dua remaja tidak berhenti bertukar email rahasia.




WEBB
Aku mengambil tas yang keliru di bandara. Dad tidak akan berhenti mengomeliku.



ANDREW

Aku tidak bisa berhenti memikirkan perempuan yang duduk di 6B pada penerbangan ke Paris.



COCO

Kenapa sih Mom menyuruhku membawa pakaian dalamku yang paling jelek? Dan sekarang tasku hilang!



DAISY

Aku tidak punya waktu untuk memikirkan si 13C yang menyelipkan pesan ke tasku. Lebih baik kuatasi soal hilangnya tas anakku sebelum liburan kami berantakan.



Jatuh cinta, kadang kala, memang begitu mudah dan penuh risiko seperti tertukar bagasi pada penerbangan internasional.



In The Bag, Kate Klise

376 halaman, Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, Oktober 2013
ISBN 9789792299731


* * * *


In The Bag menceritakan tentang dua orang yang tertukar tas, Webb dan Coco, dan mengakibatkan liburan mereka berantakan. Oh, bukan liburan. Webb diajak ayahnya ke Madrid yang mana ada suatu pekerjaan menanti. Coco diajak ibunya yang harus bersantai karena media yang memborbardir kariernya sebagai chef.

Novel ini dikemas dengan gaya penulisan yang begitu santai, nggak melupakan detail. Aku suka gaya penulisan seperti ini. Dengan sudut pandang orang pertama dengan empat karakter. Ya, bagaimana karakter Webb, Coco, Andrew, dan Daisy.

Apa yang aku sukai dari novel ini?

Pertama, sekali lagi, gaya bahasanya. Ringan, buat rileks saat membaca. Terjemahannya pun bagus, padanan yang diterjemahkan pun pas dipakai dalam bahasa Indonesia. 

Kedua, penggunaan sudut pandang orang pertama yang lincah. Penggunaan sudut pandang ini membantuku sebagai pembaca memahami tiap karakter yang ada. Dengan penggunaan ini, keempat karakter yang ada memang terlihat berbeda. Mereka memiliki gaya dan pemikiran masing-masing. Lucunya, ada kesalahpahaman pemikiran dari tiap karakter yang membuat saya terkekeh. Love it!

Ketiga, detail lanskap yang nggak terlalu diperhatikan. Kenapa aku menyukainya? Karena penulis memang nggak terlalu fokus kepada detail deskripsi tempat. Jadi, entah mengapa, pemaparan deskripsinya berkelindan dengan sendirinya di benakku dengan membaca tingkah empat karakter ini. Pembaca diberikan ruang untuk berimajinasi sendiri.

Keempat, aku suka apa yang penulis tulis di akhir. Juga, pesan yang ingin disampaikan penulis. We have to speak up. Jangan suka memendam perasaan terlalu sering... Dan lewat In The Bag, pesan itu tersampaikan dengan baik.

Kurasa membaca In The Bag seperti mendengarkan musik jaz. Santai dan buat rileks. Sungguh, aku merekomendasikan novel ini untuk dibaca saat santai. 


Post a Comment

0 Comments