Altar Tubuhmu, Doa Tubuhku


Kau datang padaku
seperti malam yang tak sabar menutup tirai,
dan aku membiarkan tubuhku jadi jendela
tempat gelapmu masuk tanpa ketukan.

Ada asap samar
yang membuat segala jarak runtuh,
seperti kabut yang menipu mata,
dan tiba-tiba kita hanya dua tubuh
yang bicara dalam bahasa retakan ranjang.


Sumber: Unplash


Biasanya aku mengundang wajah lain
untuk menyalakan api di benakku,
tapi kini,
semua bara berasal dari kulitmu,
dari belantara yang tumbuh di dadamu—
tempat aku ingin tersesat,
tempat aku rela terbakar.

Aku adalah tanah retak,
dan kau menanam musim semi di dalamnya.
Getar demi getar,
ritme tubuhmu menyulut gempa,
dan aku luluh lantak
meski tak ingin selamat.

Ketika bayanganmu jatuh di atasku,
aku belajar arti pasrah:
menjadi ruang kosong yang kau isi,
menjadi altar bagi hasratmu,
dan dari sana,
aku menemukan kenikmatan
yang tak pernah kupercaya ada.

Apakah ini cinta,
atau sekadar candu yang berwajah suci?
Entah.
Yang kutahu,
tiap kali kau menyalakan malamku,
aku lahir lagi—
dengan luka yang indah,
dengan peluh yang abadi,
dengan desir yang hanya mengenal namamu.



Jakarta, 13 September 2025

Post a Comment

0 Comments