Judul
Children of Blood and Bone
(Legacy of Orïsha #1)
Penulis
Tomi Adeyemi
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penyunting: Grace Situngkir
Ilustrasi kover: @garisinau
Elex Media Komputindo, 568 halaman
ISBN 9786020498881
Elex Media Komputindo, 568 halaman
ISBN 9786020498881
Mereka membunuh ibuku. Mereka mengambil sihir kaumku. Mereka mencoba memusnahkan kaumku.
Tapi sekarang kami bangkit melawan!
Zélie Adebola mengingat masa ketika sihir masih hidup di Orisha. Para Burner dengan nyala api mereka, para Tider yang membangkitkan gelombang, dan ibu Zélie yang membangkitkan jiwa.
Namun segalanya berubah ketika sihir menghilang. Di bawah titah sang raja yang keji, para Maji dibunuh, meninggalkan Zélie tanpa seorang ibu dan kaumnya tanpa harapan.
Sekarang Zélie memiliki kesempatan untuk membawa kembali sihir dan melawan kerajaan. Dengan bantuan dari putri raja yang pemberani, Zélie memperdaya dan melarikan diri dari sang putra mahkota, yang ditugaskan ayahnya untuk melenyapkan sihir selamanya dari kerajaan Orisha.
Bahaya sedang mengancam di Orisha, tempat para leoponaire salju mengeram dan roh pendendam menanti di perairan. Namun bahaya terbesar justru datang dari Zélie yang harus mampu mengendalikan kekuatan sihirnya sekaligus perasaannya yang bertumbuh terhadap musuhnya, sang putra mahkota.
* * *
Pertama kali tahu novel ini adalah saat ada Goodreads Choice Awards. Novel ini sering banget berseliweran di feeds Goodreads-ku. Lalu aku makin penasaran karena novel ini memenangkan salah satu kategori penghargaan di GCA tersebut. Meski begitu, aku tetap enggan mencari dan membaca novelnya. Nggak lama kemudian, si mbaknya—alias Tomi Adeyemi (yang kalo kata temanku: “Lo baca novel Adem Ayem?”) rame banget di Twitter.
Mungkin kalian juga tahu soal si mbaknya yang ribut soal judulnya diplagiat… LOL. Duh, si mbaknya eles-eles banget sih. Judul doang sama wey…! Hahaha.
Dan kaget juga waktu Elex Media menerbitkan terjemahannya! Plus, kovernya juga bagus. Aku lebih suka versi Indonesia ketimbang versi aslinya. Mantul sekali gambarnya. Ragu pengin beli karena takut terjemahannya jelek, apalagi TEBAL banget ya, lima ratus halaman lebih.
Tapi akhirnya nyerah juga buat beli.
Tapi nggak dibaca langsung… karena banyak timbunan.
Sampai ada waktu yang tepat buat baca dan… AKU SUKA!
Surprise juga ternyata terjemahannya bagus—tapi aku agak bingung dengan pemilihan istilah asing antara ada yang dikursif dan ada yang nggak. Tapi ya bodo amat deh, yang penting terjemahannya bagus!
Kalo dibilang ini merupakan novel debut, aku apresiasi banget sih. Seperti yang aku bilang, aku agak takut dengan tebal dan font novel yang kecil. Tapi ternyata pace ceritanya nyaman untuk dibaca. Nggak terlalu cepat, tapi nggak terlalu muter-muter. Pemilihan kata-katanya juga bagus (dan aku sempat cek bahasa Inggris-nya memang prosanya cukup baik—sederhana tapi dapet gitu ya IMO). Latar tentang Orïsha dieksekusi dengan apik. World building-nya juga rapi.
Ngomongin karakter, di sini ada tiga tokoh sentral. Penulis memakai PoV 1 antara Zélie, Amari, dan Inan. Zélie sendiri digambarkan begitu “keras”. Tindak-tanduknya yang kadang sengit juga tergambar rapi—dan tentunya masuk akal. Meski kadang tampak rentan, karakter ini bisa “dipercaya” dan emosinya kelihatan natural dan nggak dipaksakan. Sementara itu, favoritku adalah Amari! Dia merupakan seorang putri kerajaan yang lemah, tapi dengan berpetualang bareng Zélie dan kakaknya, tokoh ini bertransformasi. Dan aku suka banget transformasi dari cewek lemah lembut jadi karakter yang pemberani. Duh, apalagi di ending! Love banget sama Putri Amari! Sementara itu, karakter terakhir adalah Inan, putra kerajaan yang super-meh karena plin-plan banget. Sepanjang cerita dia mengejar-ngejar Zélie, kelihatan banget kalo dia ini rapuh—tapi masuk akal karena dia kelihatan father complex. Banyak lapisan emosi yang susah ditebak dari karakternya. Kadang aku sendiri nggak percaya saat dia baik atau saat dia ngelakuin hal jahat, haduh.
Novel ini banyak banget unsur kejar-kejarannya! Seru banget sih, dominan tentang peperangan, penindasan... dan tentunya juga sihir!
Aku menunggu-nunggu banget seri kuda dari Legacy of Orïsha ini. Semoga sekuelnya nggak kelamaan terbit dan nggak kelamaan diterjemahin ya!
Jadi, 3.5 bintang buat Putri Amari!
Mungkin kalian juga tahu soal si mbaknya yang ribut soal judulnya diplagiat… LOL. Duh, si mbaknya eles-eles banget sih. Judul doang sama wey…! Hahaha.
Dan kaget juga waktu Elex Media menerbitkan terjemahannya! Plus, kovernya juga bagus. Aku lebih suka versi Indonesia ketimbang versi aslinya. Mantul sekali gambarnya. Ragu pengin beli karena takut terjemahannya jelek, apalagi TEBAL banget ya, lima ratus halaman lebih.
Tapi akhirnya nyerah juga buat beli.
Tapi nggak dibaca langsung… karena banyak timbunan.
Sampai ada waktu yang tepat buat baca dan… AKU SUKA!
Surprise juga ternyata terjemahannya bagus—tapi aku agak bingung dengan pemilihan istilah asing antara ada yang dikursif dan ada yang nggak. Tapi ya bodo amat deh, yang penting terjemahannya bagus!
Kalo dibilang ini merupakan novel debut, aku apresiasi banget sih. Seperti yang aku bilang, aku agak takut dengan tebal dan font novel yang kecil. Tapi ternyata pace ceritanya nyaman untuk dibaca. Nggak terlalu cepat, tapi nggak terlalu muter-muter. Pemilihan kata-katanya juga bagus (dan aku sempat cek bahasa Inggris-nya memang prosanya cukup baik—sederhana tapi dapet gitu ya IMO). Latar tentang Orïsha dieksekusi dengan apik. World building-nya juga rapi.
Baca juga:
Novel ini banyak banget unsur kejar-kejarannya! Seru banget sih, dominan tentang peperangan, penindasan... dan tentunya juga sihir!
Aku menunggu-nunggu banget seri kuda dari Legacy of Orïsha ini. Semoga sekuelnya nggak kelamaan terbit dan nggak kelamaan diterjemahin ya!
Jadi, 3.5 bintang buat Putri Amari!
0 Comments