[30] Sunset Holiday by Nina Ardianti & Mahir Pradana

Sunset Holiday
(Nina Ardianti & Mahir Pradana)



We are all strangers until we meet.”

Jatuh cinta dan bertemu denganmu tidak ada dalam rencana perjalananku. Namun, di perjalanan sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku. Aku menebak-nebak di mana akhir senyum manismu yang menghangatkan.

Hal paling menyakitkan dari jatuh cinta adalah kehilangan setelah memilikinya. Karena itulah, aku tidak berani berharap banyak. Kita hanyalah dua orang asing di tempat asing. Akan lebih banyak risikonya jika aku memutuskan untuk jatuh cinta.

Jika aku tidak akan menjadi bagian dalam sisa perjalanan hidupmu, bisakah kamu mengingatku sebagai bagian terbaiknya? Aku tidak berani menanyakannya karena diam-diam kutahu tujuan terakhir kita ternyata tak sama.

Kita kemudian bukan lagi dua orang asing di negeri asing. Namun, mengapa sakit ketika mengingat ternyata rasa ini terasa lebih asing daripada sebelumnya?

***

Audy dan Ibi bertemu di Paris, kota yang menyimpan banyak pesona cinta. Karena impulsif, Ibi mengikuti Audy melakukan perjalanan keliling Eropa. Entah di Praha, Roma, atau Venezia, mungkin di sanalah cinta menyapa. Namun, apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?

Sunset Holiday 
Nina Ardianti dan Mahir Pradana
480 halaman, Gagas Media
Cetakan Pertama, Juli 2015 
ISBN 9797808181



******


Pertama kali aku tahu novel ini bakalan terbit adalah dari salah satu teman penulis yang bilang, "Eh, Nina sama Mahir jadian lho. Terus mereka mau buat novel bareng." Aku pun tertarik. Bukan tertarik dengan kisah asmara mereka, tapi dengan novel seperti apa yang akan mereka buat. Catat, aku suka gaya witty dan ceplas-ceplos Nina Ardianti di Restart, juga suka banget dengan tulisan Mahir Pradana di Rhapsody. Mereka adalah pengarang yang kalau menulis novel, harus dibeli! 

Berbuah iseng menelusuri blog milik Nina, aku menemukan penggalan kisah Sunset Holiday. Langsung kubaca. Saat itu aku nggak terlalu jatuh cinta karena terasa flat. Ah, mungkin karena baru diawal. 

Dan novel ini menceritakan seorang Ibi yang merupakan jurnalis freelance yang asyiknya berada di Eropa, yang out of blue bertemu Audy si impulsif yang mencoba untuk liburan sendirian. Pertemuan mereka berdua membuat aku ikut jalan-jalan di Eropa. Ah! Jadi pengin juga! Detail setting-nya menurutku sih pas. 

Di novel ini, "rasa tulisan" dari Nina dan Mahir nggak terlalu tampak. Mungkin memang karena menyatukan dua kepala menjadi satu tulisan. Meskipun dengan PoV 1 dan masing-masing memiliki porsi, aku rasa memang nggak mudah. Aku kurang mendapat sentuhan yang "Nina banget" atau "Mahir banget", walaupun di awal ada khas gaya menulis Mahir. Eh, omong-omong, di akhir cerita, khususnya bagian Jakarta, bagiku pribadi, kekhasan tulisan mereka muncul. Tapi disayangkan muncul di akhir saja.

Poin lebih dari novel ini, seperti yang kuutarakan sebelumnya, adalah detail yang pas. Kalau membacanya, pasti pengin ikutan Euro trip bareng Ibi dan Audy. Dan cukup surprised dengan munculnya Syiana dan Ian! Rasanya karakter di Restart itu masih ada di benak. Tapi ya begitu, plotnya terasa flat, tapi hal itu terobati dengan setting yang menyenangkan.

Dari segi teknis, aku nggak mau banyak omong karena tiap penerbit punya gaya selingkung yang berbeda. Tapi yang membuatku gatal (bukan hanya di novel ini) hanya padanan kata "memicing" yang nggak tepat. Aku copy-paste dari KBBI online (artinya edisi ketiga), tapi di KBBI IV, masih sama kok artinya.


picing/pi·cing/ Mk v pejam;
berpicing/ber·pi·cing/ v memejam(kan) mata;
memicing/me·mi·cing/ v 1 memejam(kan) (mata); 2 tidur: semalam-malaman aku tidak dapat ~ mata sedikit pun;
memicingkan/me·mi·cing·kan/ v memicing;
terpicing/ter·pi·cing/ v 1 terpejam (matanya): krn lelahnya, mataku ~; 2 tertidur;
sepicing/se·pi·cing/ n terpejam sebentar; sekejap: belum tertidur ~ pun, tidak tidur sekejap pun


Secara keseluruhan, aku cukup menikmati novel ini. Segeralah menerbitkan novel solo, Nina dan Mahir! :)


"Distance makes your heart grow fonder." (halaman 32)

Post a Comment

0 Comments